Sejak 3000 tahun silam, di India, orang sudah mengenal praktek-praktek semisal yoga, meditasi dan tekhnik pernafasan tertentu. Sementara Di China, orang-orang sudah menciptakan wushu, thai chi, bahkan akupuntur.
Di Jepang, orang-orangnya sudah mengenal dan menghidupi apa yang disebut dengan istilah “Kaizen.” Yang artinya kurang lebih adalah penyempurnaan secara kontinyu. Perbaikian berkelanjutan. Oleh Masaaki Imai, seorang pakar produktivitas, kemudian menulis dalam bukunya, “Kaizen, The Key to Japan’s Competitive Success” bahwa inilah rahasia kesuksesan orang-orang jepang.
Bahkan di kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno, yang merupakan pusatnya ilmu filsafat, telah ditemukan praktek-praktek epimelia (praktek pengembangan diri) bahkan sebelum aristoteles dan kawan-kawannya lahir. Demikian papar Michel Foucault dalam Care of Self.
Menurut sejarah berbagai bangsa-bangsa, dari dulu orang sudah banyak berfokus untuk senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kualitas dirinya. Jadi, pengembangan diri bukanlah ilmu baru melainkan sudah menjadi budaya manusia sedari lama.
Sederhananya pengembangan diri berarti menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana memang yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad 14 abad silam. Bahwa orang yang hari ini sama atau lebih buruk dari hari sebelumnya adalah orang yang rugi dan celaka. Satu-satunya orang yang beruntung adalah mereka yang senantiasa memperbaiki dan meningkatkan diri menjadi lebih baik setiap harinya.
Menurut Wikipedia, pengembangan diri bisa mencakup hal-hal berikut:
Pengembangan diri mencakup semua aspek kehidupan kita. Termasuk fisik, emosional, financial, sosial, spiritual dan waktu. Semua aspek itu memiliki praktek professional maupun konvensional untuk meningkatkannya. Artinya kita bisa meningkatkan suatu bidang kehidupan kita dengan program-program pengembangan diri yang ada. Berikut contoh-contohnya;
#1. Aspek Fisik: Seperti olahraga, fitness, wight loss (program diet), beauty enhancement, martial art, dll.
#2. Aspek Mental/Emosional: Seperti meditasi, yoga, Emotional Quotient (EQ), seminar motivasi, NLP, Hypnosis, Logoterapi, dan lain sebagainya.
#3. Aspek Spiritual: termasuk praktek-praktek peribadatan agama seperti dzikir, haji, Spiritual Quotient (SQ), prana, rei ki dan lain-lain.
#4. Aspek Financial: Financial Planning, Cashflow Quadrant, Investasi, Menabung dan lain-lain.
#5. Aspek Sosial: Public relation, Public speaking, leadership, interpersonal skill contohnya buku-buku semisal How To Win Friends And Influence People, Deal with people, dll.
(Dalam bukunya, Awaken The Giant Within, Anthony Robbins memasukkan waktu sebagai satu bidang yang perlu dikuasai dalam kehidupan. Yakni time manajemen.)
Jadi kita bisa pilih, bidang mana yang ingin kita tingkatkan dalam kehidupan kita. Kemudian dengan bantuan instruktur atau mentor professional, kita bisa melakukannya dengan lebih baik dan efektif. Misalnya kita ingin meningkatkan bidang spiritual, kita bisa belajar dengan tokoh agama semisal uztads, pendeta atau biksu. Begitupun dengan bidang emosional misalnya, kita bisa join pelatihan-pelatihan semisal NLP, hypnosis dan lain sebagainya. Atau bisa juga dengan membaca buku/blog yang berkualitas. Semisal Blog Pengembangan Diri ini. :)
Dalam hal ini Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri. Ia mendefinisikan aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi sosok seseorang yang memang diinginkan. Dan kebutuhan ini bertengger di puncak piramida kebutuhan manusia.
Sementara itu, ilmu psikologi menjadi terkait dengan pengembangan diri bahkan sejak awal kemunculannya. Banyak tokoh-tokoh psikolog awal yang sudah mengaitkan ilmu psikologi dengan pengembangan diri. Semisal Alfred Adler, Carl Jung, dan lainnya.
Sebab memang ilmu psikologi sejatinya sejak awal mengemban 3 misi utama. Yakni;
Baru belakangan pada tahun 1999, sekelompok psikolog muda muncul untuk mengembalikan bidang psikologi pada misi keseluruhan. Mereka menamakan diri “aliran psikologi positif.” Mereka percaya bahwa pada dasarnya manusia itu sudah punya potensi dan modal dalam dirinya untuk meraih kesuksesan. Ilmu psikologi hanya memperkuat potensi tersebut.
Tokoh yang terkenal adalah Dr. Martin Seligmen yang menulis buku Learned Optimism; How to change your mind and your life, anda bisa baca penjelasannya oleh Mas Yodhia Antariksa di blog strategi manajemen di sini.
Misi blog ini sebenarnya sederhana. Untuk membantu anak muda untuk mencapai sukses sesuai dengan jati dirinya masing-masing. Jadi alih-alih mendikte apa yang harus dilakukan untuk menjadi sukses, blog ini akan membantu anda untuk:
Mungkin anda berkenan untuk membaca dulu artikel sebelumnya --> 7 Langkah Jitu Untuk Melakukan Pengembangan Diri.
Yang langkah-langkahnya kurang lebih:
Mengapa perlu rencana?
Karena dengan perencanaan yang matang, langkah-langkah itu menjadi terarah dan punya tujuan. Dengan PDP, kita jadi punya peta. Mana yang harus dilakukan. Dan mana yang perlu didahulukan.
Pada bagian ini saya sudah sediakan sebuah format/template Personal Development Plan yang bisa anda download gratis di sini.
Satu pertanyaan penting dalam melakukan pengembangan diri adalah ini: Mana yang harus difokuskan, memperbaiki kekurangan atau meningkatkan kelebihan yang sudah ada?
Hal ini sudah saya kupas secara tuntas pada tulisan terdahulu --> Pengembangan Diri; Memperbaiki Kekurangan Vs. Mengembangan Kekuatan
Yang intinya, menurut banyak pakar prilaku (behavior expert) adalah jauh lebih efektif untuk kita meningkatkan potensi yang memang sudah ada dalam diri kita. Pendekatan problem-based atau weakness-based membuat pikiran kita justru terjebak dalam mentalitas “bermasalah”. Bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri kita. Dan ini membuat kita lebih lihai melihat masalah. Untuk sukses, kita perlu membangun mentalitas berkelimpahan. Dan itu semua dimulai dari pendekatan strength-based. Kita tinggal mengembangankan potensi kekuatan yang memang sudah kita miliki.
Beberapa tips berikut layak direkahkan untuk mengatasi hambatan pengembangan diri:
#1. Gunakan rencana pengembangan diri/PDP --> download templatenya di sini
#2. Menggunakan bantuan mentor. Dengan mentor kita jadi punya pembimbing. Mentor adalah orang yang paham dan sudah menjalani semua proses yang akan kita jalani. Karena itu ia akan membimbing dan mengarahkan kita.
#3. Sementara hambatan-hambatan yang sifatnya datang dari luar, semisal hambatan budaya dan lingkungan, bisa kita atasi dengan memilih dan membatasi pergaulan kita hanya pada lingkungan positif yang mendukung. Perihal ini pernah saya ungkap sedikit di tulisan ini -> 7 Langkah membangun kepribadian positif.
#4. Membaca, menonton dan menginput otak kita dengan bahan-bahan informasi yang sehat dan memberdayakan.
Baca juga: 6 Lankah Untuk Mengoptimalkan Fungsi Otak
Itulah beberapa tips untuk mengatasi hambatan melakukan pengembangan diri. When there is a will, there is a way. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan. Pengembangan diri bukanlah hal yang sesulit dan se-njelimet yang kita bayangkan. Toh, bagaimana pun kita punya pilihan untuk menjalani hidup seperti apa. Apakah sebagai looser, atau ingin bertindak selaku winner. Pilihan ada di tangan kita.
Bagaimana pendapat teman-teman?
***Untuk mendapatkan tips update seputar pengembangan diri, silahkan masukkan email anda di kolom di bawah artikel ini.
Di Jepang, orang-orangnya sudah mengenal dan menghidupi apa yang disebut dengan istilah “Kaizen.” Yang artinya kurang lebih adalah penyempurnaan secara kontinyu. Perbaikian berkelanjutan. Oleh Masaaki Imai, seorang pakar produktivitas, kemudian menulis dalam bukunya, “Kaizen, The Key to Japan’s Competitive Success” bahwa inilah rahasia kesuksesan orang-orang jepang.
Bahkan di kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno, yang merupakan pusatnya ilmu filsafat, telah ditemukan praktek-praktek epimelia (praktek pengembangan diri) bahkan sebelum aristoteles dan kawan-kawannya lahir. Demikian papar Michel Foucault dalam Care of Self.
Pengembangan Diri |
Pengertian Pengembangan Diri
Pengembangan Diri adalah segala aktifitas/kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan nilai, kepribadian, dan kompetensi seorang individu. Tujuannya utamanya setidaknya ada dua, yakni untuk mendapatkan pengalaman hidup yang lebih baik atau untuk mencapai suatu aspirasi atau cita-cita tertentu.Sederhananya pengembangan diri berarti menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana memang yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad 14 abad silam. Bahwa orang yang hari ini sama atau lebih buruk dari hari sebelumnya adalah orang yang rugi dan celaka. Satu-satunya orang yang beruntung adalah mereka yang senantiasa memperbaiki dan meningkatkan diri menjadi lebih baik setiap harinya.
Menurut Wikipedia, pengembangan diri bisa mencakup hal-hal berikut:
- Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan diri
- Mengasah keterampilan atau mempelajari keterampilan baru
- Membangun atau memperbaharui identitas diri (personal branding)
- Mengembangkan potensi atau bakat
- Meningkatkan kesejahteraan hidup
- Membangun kinerja SDM
- Meningkatkan gaya atau kualitas hidup
- Meningkatkan kesehatan
- Memenuhi aspirasi atau cita-cita
- Membangun sikap positif
- Meningkatkan kemampuan sosial, dan lainnya.
Aspek dan Contoh Praktek Pengembangan Diri
Yoga: Praktek Pengembangan Diri Lawas dari India | img from: yogameditationhome.com |
#1. Aspek Fisik: Seperti olahraga, fitness, wight loss (program diet), beauty enhancement, martial art, dll.
#2. Aspek Mental/Emosional: Seperti meditasi, yoga, Emotional Quotient (EQ), seminar motivasi, NLP, Hypnosis, Logoterapi, dan lain sebagainya.
#3. Aspek Spiritual: termasuk praktek-praktek peribadatan agama seperti dzikir, haji, Spiritual Quotient (SQ), prana, rei ki dan lain-lain.
#4. Aspek Financial: Financial Planning, Cashflow Quadrant, Investasi, Menabung dan lain-lain.
#5. Aspek Sosial: Public relation, Public speaking, leadership, interpersonal skill contohnya buku-buku semisal How To Win Friends And Influence People, Deal with people, dll.
(Dalam bukunya, Awaken The Giant Within, Anthony Robbins memasukkan waktu sebagai satu bidang yang perlu dikuasai dalam kehidupan. Yakni time manajemen.)
Jadi kita bisa pilih, bidang mana yang ingin kita tingkatkan dalam kehidupan kita. Kemudian dengan bantuan instruktur atau mentor professional, kita bisa melakukannya dengan lebih baik dan efektif. Misalnya kita ingin meningkatkan bidang spiritual, kita bisa belajar dengan tokoh agama semisal uztads, pendeta atau biksu. Begitupun dengan bidang emosional misalnya, kita bisa join pelatihan-pelatihan semisal NLP, hypnosis dan lain sebagainya. Atau bisa juga dengan membaca buku/blog yang berkualitas. Semisal Blog Pengembangan Diri ini. :)
Psikologi Pengembangan Diri
Dalam teori motivasi manusia oleh Abraham Maslow yang terkenal, pengembangan diri memang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Maslow mengungkapkan bahwa setiap individu punya kebutuhan dasar untuk meihat diri menjadi lebih kompeten dan berdikari.Dalam hal ini Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri. Ia mendefinisikan aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi sosok seseorang yang memang diinginkan. Dan kebutuhan ini bertengger di puncak piramida kebutuhan manusia.
Sementara itu, ilmu psikologi menjadi terkait dengan pengembangan diri bahkan sejak awal kemunculannya. Banyak tokoh-tokoh psikolog awal yang sudah mengaitkan ilmu psikologi dengan pengembangan diri. Semisal Alfred Adler, Carl Jung, dan lainnya.
Sebab memang ilmu psikologi sejatinya sejak awal mengemban 3 misi utama. Yakni;
- Mentall illness (sakit jiwa)
- Nurturing talent (pengembangan bakat)
- Productivity (meningkatkan produktivitas manusia)
Baru belakangan pada tahun 1999, sekelompok psikolog muda muncul untuk mengembalikan bidang psikologi pada misi keseluruhan. Mereka menamakan diri “aliran psikologi positif.” Mereka percaya bahwa pada dasarnya manusia itu sudah punya potensi dan modal dalam dirinya untuk meraih kesuksesan. Ilmu psikologi hanya memperkuat potensi tersebut.
Tokoh yang terkenal adalah Dr. Martin Seligmen yang menulis buku Learned Optimism; How to change your mind and your life, anda bisa baca penjelasannya oleh Mas Yodhia Antariksa di blog strategi manajemen di sini.
Di mana fokus Blog Pengembangan Diri.Com sebagai acuan pengembangan diri Anak Muda Indonesia?
Nah sekarang itulah pertanyaannya. Di mana fokus blog ini sebagai panduan mengembangkan diri bagi anak muda?Misi blog ini sebenarnya sederhana. Untuk membantu anak muda untuk mencapai sukses sesuai dengan jati dirinya masing-masing. Jadi alih-alih mendikte apa yang harus dilakukan untuk menjadi sukses, blog ini akan membantu anda untuk:
- Menemukan jati diri anda yang senarnya
- Meningkatkan motivasi dan dorongan untuk sukses
- Menunjukkan kiat dan strategi untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas
- Membangun citra diri yang positif (Personal branding)
- Mengasah gergaji (mempelajari skill baru/mempertajam skill yang sudah ada)
- Membangun sikap dan karakter positif dalam diri
Bagaimana melakukan pengembangan diri yang efektif
Sekarang kita masuk pada poin intinya, bagaimana melakukan pengembangan diri yang efektif?Mungkin anda berkenan untuk membaca dulu artikel sebelumnya --> 7 Langkah Jitu Untuk Melakukan Pengembangan Diri.
Yang langkah-langkahnya kurang lebih:
- Menemukan jati diri
- Menciptakan Diri Yang diinginkan
- Mengubah Mentalitas
- Mengasah Gergaji
- Mempelajari Skill Penunjang
- Memperluas pandangan
- Evaluasi
Mengapa perlu rencana?
Karena dengan perencanaan yang matang, langkah-langkah itu menjadi terarah dan punya tujuan. Dengan PDP, kita jadi punya peta. Mana yang harus dilakukan. Dan mana yang perlu didahulukan.
Pada bagian ini saya sudah sediakan sebuah format/template Personal Development Plan yang bisa anda download gratis di sini.
Memperbaiki Kekurangan Vs. Meningkatkan Kekuatan
Kekurangan Vs. Kekuatan | Img from: businesscollective.com |
Hal ini sudah saya kupas secara tuntas pada tulisan terdahulu --> Pengembangan Diri; Memperbaiki Kekurangan Vs. Mengembangan Kekuatan
Yang intinya, menurut banyak pakar prilaku (behavior expert) adalah jauh lebih efektif untuk kita meningkatkan potensi yang memang sudah ada dalam diri kita. Pendekatan problem-based atau weakness-based membuat pikiran kita justru terjebak dalam mentalitas “bermasalah”. Bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri kita. Dan ini membuat kita lebih lihai melihat masalah. Untuk sukses, kita perlu membangun mentalitas berkelimpahan. Dan itu semua dimulai dari pendekatan strength-based. Kita tinggal mengembangankan potensi kekuatan yang memang sudah kita miliki.
Mengatasi Kendala dalam Melakukan Pengembangan Diri
Kendala utama dalam melakukan pengembangan diri tak lain datang dari diri sendiri. Yakni kemalasan atau tidak adanya komitmen yang teguh untuk terus menjalani prosesnya. Perlu dicatat bahwa pengembangan diri bukan tindakan investatif, yakni melakukannya sekali hantam diawal, kemudian tinggal leha-leha menikmati hasilnya belakangan. Bukan seperti itu. Pengembangan diri adalah tindakan kontinyu. Berkelanjutan. Persis seperti prinsip Kaizen orang jepang di atas. Karena itu wajar jika butuh komitmen teguh untuk menjalani prosesnya. Yang paling utama adalah niat dan kemauan yang membaja.Beberapa tips berikut layak direkahkan untuk mengatasi hambatan pengembangan diri:
Kendala pengembangan diri | img from: inspirasi.org |
#1. Gunakan rencana pengembangan diri/PDP --> download templatenya di sini
#2. Menggunakan bantuan mentor. Dengan mentor kita jadi punya pembimbing. Mentor adalah orang yang paham dan sudah menjalani semua proses yang akan kita jalani. Karena itu ia akan membimbing dan mengarahkan kita.
#3. Sementara hambatan-hambatan yang sifatnya datang dari luar, semisal hambatan budaya dan lingkungan, bisa kita atasi dengan memilih dan membatasi pergaulan kita hanya pada lingkungan positif yang mendukung. Perihal ini pernah saya ungkap sedikit di tulisan ini -> 7 Langkah membangun kepribadian positif.
#4. Membaca, menonton dan menginput otak kita dengan bahan-bahan informasi yang sehat dan memberdayakan.
Baca juga: 6 Lankah Untuk Mengoptimalkan Fungsi Otak
Itulah beberapa tips untuk mengatasi hambatan melakukan pengembangan diri. When there is a will, there is a way. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan. Pengembangan diri bukanlah hal yang sesulit dan se-njelimet yang kita bayangkan. Toh, bagaimana pun kita punya pilihan untuk menjalani hidup seperti apa. Apakah sebagai looser, atau ingin bertindak selaku winner. Pilihan ada di tangan kita.
Bagaimana pendapat teman-teman?
***Untuk mendapatkan tips update seputar pengembangan diri, silahkan masukkan email anda di kolom di bawah artikel ini.