Alhamdulillah, setelah berbulan-bulan begadang sampai mata jadi berkantung, akhirnya proyek penulisan buku saya kelar juga. Dan kali ini saya akan launching buku tersebut di blog ini.
Beberapa waktu silam, seorang pembaca bertanya, "kok ebook Man Jadda Wa Jadah in Action-nya tidak bisa di download lagi?"
Saya jawab, "Tunggu tanggal mainnya mas. Akan ada sebuah gebrakan baru."
Nah, memang ebook tersebut untuk sementara saya stop peredarannya. Asbab ebook tersebut memang kini di-konvert menjadi buku cetak. Isinya pun diperlengkap dan ditambahkan bobotnya. Dengan judul baru
Apakah yang penting kerja keras banting tulang saja?
Jutaan sample yang lalu lalang di hadapan kita―yang berangkat ke kerja setiap paginya, bergelut dengan kemacetan yang menjemukan, kemudian tiba di tempat kerja dengan perasaan yang “Ya… mau gimana lagi!” kemudian runtuh pada malam hari akibat kelelahan yang mendera, tapi seperti tak pernah bergerak maju―membawa sebuah fakta yang tak terhindarkan: Kerja keras semata tidaklah cukup!
Buku ini hadir untuk menyingkap tabir rahasia di balik mantra “Man Jadda Wa Jadah.” Menawarkan prinsip sederhana―tapi powerfull―untuk meng-action-kan kata bersungguh-sungguh tersebut. Sekaligus menguak alasan mengapa mayoritas orang tidak pernah benar-benar berhasil dalam hidupnya.
Yang unik dari kalimat Man Jadda Wa Jadah ini, ternyata dalam aplikasinya bukan dirunut dari depan ke belakang. Melainkan sebaliknya. Kita tidak langsung bekerja keras hantam kiri kanan. Tapi hal yang paling pertama kita lakukan justru adalah menetapkan “jadah”-nya. Yakni apa yang ingin kita dapatkan.
Hal ini harus diramu sejelas dan seterang mungkin sebab inilah yang bakal menjadi sasaran dan arah dari setiap tindakan yang kita pahatkan. Singkatnya, kita―meminjam nasehatnya Dr. Stephen Covey―begin with the end in mind! Dalam uraiannya, bab ketiga dari buku ini akan menyingkap cara untuk menemukan tujuan hidup yang benar-benar autentik. Plus, bagaimana menggodoknya agar mustahil membuat kita gagal. Lagi.
Selanjutnya, kata bersungguh-sungguh itu kemudian bisa dibentangkan menjadi 4 poin utama. Yakni, Doa, Usaha, Iman dan Tawakal. (Kebetulan bisa disingkat menjadi DUIT). Klasik? Ya! Tapi masih demikian sakti hingga hari ini.
Nah, melalui keempat poin inti inilah kita ber-“jadda.” Alias bersungguh-sungguh.
Pertama, Doa. Terutama yang akan disibak adalah ini: apa relevansinya antara doa dan hukum kekekalan energi? Mengapa setiap doa itu mustahil tertolak? Serta―yang lebih fatal―apa yang salah dengan doa kita selama ini?
Kedua, usaha. Usaha yang bagaimana yang perlu kita ukir agar meraih keberhasilan? Mengapa orang-orang yang bekerja keras banting tulang justru jarang menemui kemenangan?
Ketiga, Iman. Poin ketiga inilah yang menjadi asbab dari prestasi-prestasi gemilang yang tertoreh. Melalui iman pula keajaiban-keajaiban digerakkan. Bagaimana menumbuhkan, memperkokoh, dan mendayakan kekuatan iman untuk meraih keberhasilan? Semuanya tersaji apik dalam bab ke-7 perihal iman (keyakinan).
Apa yang kudu kita sungguh-sungguhkan? Jawabannya jelas, adalah impian (tujuan) yang hendak kita capai. Tapi sampai di mana kita harus bersungguh-sungguh?
Jawabannya termaktum pada poin keempat, Tawakal. Tawakal tidak pernah bermakna berpasrah tanpa berbuat apa-apa. Tawakal adalah memorsi sampai di mana batas wilayah kita dalam berupaya, serta yang mana yang menjadi hak Tuhan. Satu hal yang paling teguh digembar-gemborkan dari buku ini adalah ini: Sukses 20% adalah hasil upaya kita, dan 80%-nya adalah pemberian Tuhan.
Melalui apa yang disebut dengan “faktor O,” kita jarang menyadari itulah moment-moment ketika tangan Tuhan bekerja untuk kita. Sebab memang faktor O acap muncul dalam kesempatan-kesempatan yang terkesan remeh-temeh, namun sangat besar dampaknya. Hanya sekali-sekali saja ia muncul dalam wujud keajaiban-keajaiban besar.
Dengan gemulai, bab 8 seputar tawakal menyodorkan sebuah sudut pandang alternatif seputar sukses. Serta bagaimana merengkuhnya.
Prinsip pareto 20% kinerja kita per 80% pemberian Tuhan, itulah salah satu rahasia Man Jadda Wa Jadah. Terdengar kontradiktif, sebab sekilas kalimat Man Jadda Wa Jadah ini mengesankan bahwa sukses segalanya bergantung pada pribadi kita sendiri. Tapi walau bagaimanapun, Man Jadda Wa Jadah adalah sebuah hukum alam.
Di bab 4, “Yang sesungguhnya tentang Man Jadda Wa Jadah,” dan bab 1, “Yang sesungguhnya tentang kesuksesan,” diuraikan bagaimana sebuah hukum alam terbentuk. Ternyata, dibutuhkan kerumitan yang bukan main. Yang tidak akan mampu kita pahami, sebagai manusia biasa. Sebab itulah mengapa 80% sukses adalah pemberian Tuhan.
Meski begitu, toh kita tidak dituntut untuk memahami semua kerumitan tersebut. Selayaknya hukum gravitasi, ia berlaku universal, kepada siapapun di manapun.
Terakhir sebagai bonus, disajikan pula sebuah hukum keajaiban. Yang dengan hukum ini, bisa digunakan untuk mempercepat datangnya kesuksesan yang diimpikan. Sehingga langkahnya, tidak normal-normal saja, ada lompatannya, ada percepatannya. Sekian!
Buku ini dengan sangat cemerlang mendedahkan beragam narasi tentang bagaimana daya resiliensi itu seharusnya dirajut. Melalui gaya bahasa yang enak dibaca dan ulasan yg membumi, buku yang ditulis Edward ini memberikan pelajaran berharga tentang proses perjalanan menemukan sukses sejati.
Tenggelamkan jiwa Anda dalam cerita demi cerita yang ada dalam buku ini; dan terinspirasilah."
Yodhia Antariksa
Konsultan Manajemen SDM
Blogger Bisnis Senior (StrategiManajemen.net)
"Hampir semua bidang di dunia ini dikuasai oleh mereka yang jenius. Kita cenderung melebihkan orang jenius dibanding orang rata-rata. Namun, ternyata orang jenius masih bisa dikalahkan. Oleh siapa? oleh mereka yang bersungguh-sungguh dalam bidang yang digelutinya. Buku ini berkisah banyak tentang rahasia itu."
Andre Raditya
Penulis Buku Best Seller Life Sign dan Rezeki Level 9
Beberapa waktu silam, seorang pembaca bertanya, "kok ebook Man Jadda Wa Jadah in Action-nya tidak bisa di download lagi?"
Saya jawab, "Tunggu tanggal mainnya mas. Akan ada sebuah gebrakan baru."
Nah, memang ebook tersebut untuk sementara saya stop peredarannya. Asbab ebook tersebut memang kini di-konvert menjadi buku cetak. Isinya pun diperlengkap dan ditambahkan bobotnya. Dengan judul baru
"RAHASIA MAN JADDA WA JADAH - Stop Kerja Keras Banting Tulang! Inilah Rahasia Meraih Apapun Yang Anda Impikan."
Sinopsis:
Sederhana. Man Jadda Wa Jadah. Siapapun yang bersungguh-sungguh, pasti mendapatkan. Tapi dibalik kesederhaannya itu, terkandung segudang pelajaran dan prinsip kunci yang perlu kita gali lebih dalam. Pertanyaannya, bagaimana kita bersungguh-sungguh? Bersungguh-sungguh yang seperti apa?Apakah yang penting kerja keras banting tulang saja?
Jutaan sample yang lalu lalang di hadapan kita―yang berangkat ke kerja setiap paginya, bergelut dengan kemacetan yang menjemukan, kemudian tiba di tempat kerja dengan perasaan yang “Ya… mau gimana lagi!” kemudian runtuh pada malam hari akibat kelelahan yang mendera, tapi seperti tak pernah bergerak maju―membawa sebuah fakta yang tak terhindarkan: Kerja keras semata tidaklah cukup!
Buku ini hadir untuk menyingkap tabir rahasia di balik mantra “Man Jadda Wa Jadah.” Menawarkan prinsip sederhana―tapi powerfull―untuk meng-action-kan kata bersungguh-sungguh tersebut. Sekaligus menguak alasan mengapa mayoritas orang tidak pernah benar-benar berhasil dalam hidupnya.
Yang unik dari kalimat Man Jadda Wa Jadah ini, ternyata dalam aplikasinya bukan dirunut dari depan ke belakang. Melainkan sebaliknya. Kita tidak langsung bekerja keras hantam kiri kanan. Tapi hal yang paling pertama kita lakukan justru adalah menetapkan “jadah”-nya. Yakni apa yang ingin kita dapatkan.
Hal ini harus diramu sejelas dan seterang mungkin sebab inilah yang bakal menjadi sasaran dan arah dari setiap tindakan yang kita pahatkan. Singkatnya, kita―meminjam nasehatnya Dr. Stephen Covey―begin with the end in mind! Dalam uraiannya, bab ketiga dari buku ini akan menyingkap cara untuk menemukan tujuan hidup yang benar-benar autentik. Plus, bagaimana menggodoknya agar mustahil membuat kita gagal. Lagi.
Selanjutnya, kata bersungguh-sungguh itu kemudian bisa dibentangkan menjadi 4 poin utama. Yakni, Doa, Usaha, Iman dan Tawakal. (Kebetulan bisa disingkat menjadi DUIT). Klasik? Ya! Tapi masih demikian sakti hingga hari ini.
Nah, melalui keempat poin inti inilah kita ber-“jadda.” Alias bersungguh-sungguh.
Pertama, Doa. Terutama yang akan disibak adalah ini: apa relevansinya antara doa dan hukum kekekalan energi? Mengapa setiap doa itu mustahil tertolak? Serta―yang lebih fatal―apa yang salah dengan doa kita selama ini?
Kedua, usaha. Usaha yang bagaimana yang perlu kita ukir agar meraih keberhasilan? Mengapa orang-orang yang bekerja keras banting tulang justru jarang menemui kemenangan?
Ketiga, Iman. Poin ketiga inilah yang menjadi asbab dari prestasi-prestasi gemilang yang tertoreh. Melalui iman pula keajaiban-keajaiban digerakkan. Bagaimana menumbuhkan, memperkokoh, dan mendayakan kekuatan iman untuk meraih keberhasilan? Semuanya tersaji apik dalam bab ke-7 perihal iman (keyakinan).
Apa yang kudu kita sungguh-sungguhkan? Jawabannya jelas, adalah impian (tujuan) yang hendak kita capai. Tapi sampai di mana kita harus bersungguh-sungguh?
Jawabannya termaktum pada poin keempat, Tawakal. Tawakal tidak pernah bermakna berpasrah tanpa berbuat apa-apa. Tawakal adalah memorsi sampai di mana batas wilayah kita dalam berupaya, serta yang mana yang menjadi hak Tuhan. Satu hal yang paling teguh digembar-gemborkan dari buku ini adalah ini: Sukses 20% adalah hasil upaya kita, dan 80%-nya adalah pemberian Tuhan.
Melalui apa yang disebut dengan “faktor O,” kita jarang menyadari itulah moment-moment ketika tangan Tuhan bekerja untuk kita. Sebab memang faktor O acap muncul dalam kesempatan-kesempatan yang terkesan remeh-temeh, namun sangat besar dampaknya. Hanya sekali-sekali saja ia muncul dalam wujud keajaiban-keajaiban besar.
Dengan gemulai, bab 8 seputar tawakal menyodorkan sebuah sudut pandang alternatif seputar sukses. Serta bagaimana merengkuhnya.
Prinsip pareto 20% kinerja kita per 80% pemberian Tuhan, itulah salah satu rahasia Man Jadda Wa Jadah. Terdengar kontradiktif, sebab sekilas kalimat Man Jadda Wa Jadah ini mengesankan bahwa sukses segalanya bergantung pada pribadi kita sendiri. Tapi walau bagaimanapun, Man Jadda Wa Jadah adalah sebuah hukum alam.
Di bab 4, “Yang sesungguhnya tentang Man Jadda Wa Jadah,” dan bab 1, “Yang sesungguhnya tentang kesuksesan,” diuraikan bagaimana sebuah hukum alam terbentuk. Ternyata, dibutuhkan kerumitan yang bukan main. Yang tidak akan mampu kita pahami, sebagai manusia biasa. Sebab itulah mengapa 80% sukses adalah pemberian Tuhan.
Meski begitu, toh kita tidak dituntut untuk memahami semua kerumitan tersebut. Selayaknya hukum gravitasi, ia berlaku universal, kepada siapapun di manapun.
Terakhir sebagai bonus, disajikan pula sebuah hukum keajaiban. Yang dengan hukum ini, bisa digunakan untuk mempercepat datangnya kesuksesan yang diimpikan. Sehingga langkahnya, tidak normal-normal saja, ada lompatannya, ada percepatannya. Sekian!
Apa Kata Para Tokoh Tentang Buku Ini?
"Puluhan riset saintifik tentang the science of productivity menemukan bahwa salah satu elemen kunci untuk meraih sukses berkelanjutan ternyata adalah daya resiliensi. Inilah sejenis daya untuk terus merekahkan kegigihan dan keyakinan positif dalam meraih impian yang tengah diperjuangkan.Buku ini dengan sangat cemerlang mendedahkan beragam narasi tentang bagaimana daya resiliensi itu seharusnya dirajut. Melalui gaya bahasa yang enak dibaca dan ulasan yg membumi, buku yang ditulis Edward ini memberikan pelajaran berharga tentang proses perjalanan menemukan sukses sejati.
Tenggelamkan jiwa Anda dalam cerita demi cerita yang ada dalam buku ini; dan terinspirasilah."
Yodhia Antariksa
Konsultan Manajemen SDM
Blogger Bisnis Senior (StrategiManajemen.net)
Andre Raditya
Penulis Buku Best Seller Life Sign dan Rezeki Level 9
Bagaimana Membeli Buku Rahasia Man Jadda Wa Jadah?
Nah, jika ingin memiliki buku ini, silahkan beli di sini.