Bagaimana Menemukan Gaya Menulis Anda Sendiri

By // No comments:
Satu hal yang paling penting jika kita ingin kembangkan skill menulis adalah menemukan gaya menulis sendiri. Hal ini sebenarnya gampang-gampang susah. Sebab ada orang yang memang dari sananya senang menulis, dia begitu enjoy menulis maka dengan mudahnya ia bisa menulis. Dan bukan hanya itu, karena ia begitu menikmati proses menulis, maka ia bisa menghasilkan gaya menulis yang unik, punya ciri khas, dan sesuai dengan dirinya sendiri.

Jangan ditanya, ada banyak sekali orang yang seperti ini. Sepanjang pembelajaran saya sebagai seorang blogger dan penulis, tidak sedikit saya temukan orang-orang yang punya kelebihan demikian. Pun saya belajar banyak dari mereka.

Bagaimana Menemukan Gaya Menulis Anda Sendiri
img from: www.theodysseyonline.com
Baca Juga: "EYD Baru!" Agar Menulis Menjadi Lancar

Namun permasalahannya bagaimana jika kita tidak punya passion yang demikian besarnya dalam menulis tapi kita juga ingin bisa menciptakan tulisan yang ‘nyedot’ perhatian orang. Yang memiliki ciri dan karakteristik tersendiri?

Nah, Insya Allah itulah yang akan menjadi bahasan utama kita pada kamis sore ini. Yang kebetulan di tempat saya mataharinya sedang malu-malu. Bagaimana ditempat anda?

3 Langkah Menemukan Gaya Menulis Anda

Menurut Neil Patel, seorang pakar konten marketing (penulis konten blog untuk tujuan marketing) dari Quicksprout.com, ada 3 langkah utama yang bisa kita lakukan jika kita kebingungan dalam menemukan gaya menulis kita sendiri. Ketiganya yakni;
  1. Imitasi (meniru)
  2. Mastery (menguasai)
  3. Inovasi (mengembangkan/memperbaharui)
Ketiga langkah ini mungkin agak mirip-mirip dengan metode ATM yang diajarkan banyak orang. Yakni, amati, tiru dan modifikasi. Ya, bisa dikatakan begitu.

Tapi dalam hal ini ada satu hal membedakan, yakni mastery (menguasai). Dalam proses yang akan kita kuak pada tulisan ini, kita kudu berlatih bukan hanya untuk meniru tulisan orang lain yang kita senangi, tapi juga mengusainya. Jadi ada proses latihan yang harus dijalani. Baru kemudian kita berinovasi untuk menciptakan gaya kita punya gaya tulisan sendiri.

Jangan Langsung Sempurna!

Karena jika saja kita belum punya kemampuan yang demikian cemerlang dalam menulis, maka satu hal yang sangat fatal untuk kita pegang teguh adalah ini; Tidak ada tulisan yang langsung sempurna di awal. Semua penulis hebat juga tahu ini.

Tidak ada cara terbaik untuk jago menulis, selain terus menerus berlatih menulis.” Ungkap penulis tenar Dewi ‘Dee’ Lestari.

Ketika menulis, kemungkinan besar di awal tulisan kita pasti buruk. Tidak bagus dan tidak karuan. Tapi memang seperti itulah prosesnya. Tidak ada tulisan yang langsung sempurna di awal. Karena itulah ada proses mengedit setelah kita menulis.

Mengedit dan menulis itu adalah 2 hal yang berbeda. Menulis adalah menuangkan isi pikiran kita di kertas. Yang namanya ide ‘isi pikiran’ itu pasti tidak runut, tidak tertata dan loncat-loncat. Mengedit adalah menyusun isi pikiran yang sudah tertuang itu menjadi kalimat yang bisa dimengerti dan enak dibaca oleh orang lain.

Kebanyakan penulis pemula ingin tulisannya langsung bagus, langsung sempurna di awal. Padahal penulis professional sekelas Dee, Andrea Hirata, dan J.K Rowling pun tidak begitu.

Karena itulah ada proses mastery (penguasaan) dalam 3 langkah yang dikemukakan Neil Patel di atas. Proses mastery ini hanya bisa dilakukan dengan latihan dan latihan menulis yang terus menerus.

Inilah Langkah-Langkahnya!

Nah, untuk bisa menemukan gaya menulis anda sendiri, juga butuh proses. Tidak bisa langsung ketemu begitu saja. Apalagi ketika kita memang tidak terbiasa menulis dari kecil.

Untuk itu, berdasarkan 3 point penting diatas, berikut langkah-langkah untuk mempraktekkanya:

1. Temukan 5 konten tulisan yang gaya penulisannya anda senangi. Konten tulisan itu bisa berupa postingan blog, tulisan di sosial media, atau bahkan tulisan dalam buku sekalipun.

2. Baca dan pelajarilah masing-masing tulisan yang ada. Terutama dalam hal gaya penulisannya. Temukan bagian-bagian yang mahal, unik, dan khas dari masing-masing tulisan. Tandai bagian-bagian tersebut. Bila perlu catat pada kertas lain beserta nama penulisnya. Misalnya seperti berikut:

Nama Penulis
Judul Tulisan
Contoh bagian yang mahal, unik dan khas dalam tulisannya.
Yodhia Antariksa
Impression Manajemen: Cara cari muka secara elegan di hadapan Bos
“Cari muka, kalimat ini mungkin telah tergelincir menjadi semacam dirty work dengan aura negatif yang muram.”

Ciri khas:
# Diksi (pilihan kata) yang unik misalnya kata tergelincir.
# Ada permainan kata-kata yang sedikit ‘lebay atau mendayu-dayu’ dalam menyampaikan suatu kalimat. (ini contoh: sekali lagi ini ciri khas. Dan ini unik)
Ippho Santosa
Tulisan dalam buku 7 Keajaiban Rezeki
“Kembali soal keselarasan. Dalam seminar dan pelatihan saya sering wanti-wanti, rambut sama hitam, tapi impian beda-beda. Apalagi zaman sekarang, rambut ada yang merah, kuning, hijau. Rights?”

Ciri Khas:
# Humoris
# Blak-blakan. Kalimatnya pendek dan to the point.

3. Sekarang pilihlah satu tulisan yang menjadi favorit anda dari kelima contoh yang ada. Baca lagi tulisan itu pelan-pelan. Kata demi kata. Dan dengan suara lantang bila perlu. Pelajari bagaimana penulis tersebut melakukan hal-hal berikut:
  • Seperti apa kalimat pertamanya?
  • Bagaimana format pembuka artikelnya? Bagaimana pengembangan topiknya dan bagaimana idenya dikemukakan?
  • Bagaimana penggambaran artikelnya?
  • Bagaimana ia mengakhiri tulisannya?
4. Sekarang waktunya mencoba sendiri. Tulislah sebuah artikel atau postingan blog yang serupa dengan yang sudah anda baca. Cobalah untuk meniru gaya menulisnya.

5. Lakukan ini pada 4 contoh tulisan lainnya. Jika sudah, maka anda akan memiliki 5 artikel tulisan anda. Dengan masing-masing menyerupai gaya penulisan penulis favorit anda.

6. Review kelimanya. Kemudian pilihlah 1 yang paling mudah menurut anda. Dan paling anda senangi. Yang paling sesuai dengan kepribadian anda.

7. Tulislah artikel keenam anda dengan gaya penulisan seperti yang baru saja anda pilih. Kemudian kali ini lakukan perubahan sedikit-sedikit, agar terasa paling sesuai dengan gaya anda sendiri.

8. Dari setiap artikel yang anda tulis, modifikasilah sesuai gaya anda sehingga terkesan unik bagi anda. Tujuannya adalah membuat tulisan yang bikin orang lain mengatakan, “ketika saya membaca tulisan anda, saya bisa mendengar anda bicara.” Maka pada saat itulah anda sudah menjadi unik. Anda sudah menemukan gaya menulis tersebut.

9. Lakukan proses ini terus menerus sampai anda benar-benar merasa srek dengan tulisan anda sendiri.
Menjadi Diri Sendiri!

Nah itulah beberapa langkah yang bisa anda lakukan untuk menemukan gaya menulis anda sendiri. Yakni pertama kita meniru gaya menulis penulis favorit kita, kemudian kita belajar dan berlatih untuk menguasai bagaimana menulis artikel yang seperti itu, baru kemudian selanjutnya kita kembangkan dan kita modifikasi sesuai dengan selera kita sendiri.

Namun sekali lagi, prinsipnya adalah latihan yang terus menerus bekepanjangan. Karena sebagaimana yang diajarkan oleh Dee, bahwa “menulis adalah skill dan jam terbang.” Semakin sering kita latihan, membaca, dan belajar maka akan semakin terasahlah kita punya kemampuan.

Dan satu prinsip yang jauh lebih penting di atas segalanya adalah ini: Percaya diri dan jangan takut salah! Menjadi penulis hebat, yang punya gaya penulisan sendiri, berarti menunjukkan karakter dan keunikan kita as a person. Dan untuk itulah kita membutuhkan kepercayaan diri.

Sebenarnya menulis itu tidaklah pernah sulit. Yang sulit adalah menjadi seperti gaya tulisan orang lain. Sebaliknya menulislah seperti cara kita berbicara. Latihan diatas memang kita meniru gaya tulisan orang lain, tapi bukan itu tujuan utama kita. Tujuan utama kita adalah untuk menemukan gaya menulis kita sendiri.

Kita hanya berlatih menulis seperti mereka diawal sebagai latihan dan proses untuk menemukan gaya menulis kita. Selanjutnya jika kita ingin menulis, maka kita harus melupakan semua proses itu. Dan kemudian kita menjadi diri sendiri. Barulah tulisan kita bisa punya ciri khas dan gaya penulisan tersendiri.

Sekian tulisan kali ini, semoga bisa membawa sekelumit manfaat untuk anda.

Menemukan Potensi Bakat Dari 8 Jenis Kecerdasan Manusia

By // No comments:

Bagaimana menemukan bakat saya? Pertanyaan ini kerap kali ditanyakan oleh banyak orang dalam hal mengembangkan diri, menjadi yang terbaik di suatu bidang tertentu, atau meraih impian yang sangat diharapkannya.

Pada tulisan hangat kali ini kita akan coba mengulas tentang hal bakat tersebut, bagaimana peranannya dalam kehidupan, serta di mana menemukannya.

Sebelumnya silahkan seruput dulu kopi atau teh yang ada diatas meja anda…

Bakat

Bakat, Potensi Dan Keterbatasan

Menurut Wikipedia, bakat adalah kemampuan atau keterampilan seseorang yang dibawah dari lahir. Sementara menurut Rama Royani, penemu talent mapping, bahwa bakat adalah bagian dari personality yang produktif. Dan bakat ini sendiri tidak bisa diubah lagi sejak usia 16 tahun.

Nampaknya semua orang sepaham bahwa bakat adalah jenis kemampuan yang kita bawa sejak lahir. Orang yang berbakat pada suatu bidang akan lebih mudah mempelajari sesuatu hal itu daripada mereka yang belajar melakukannya tanpa bakat.

Meski begitu ini tidak berarti bahwa orang yang berbakat langsung hebat jago dalam hal tersebut sejak lahir. Saya menggunakan kata “mempelajari” di atas sebab memang bakat itu hanya berupa benih/potensi kemampuan pada suatu bidang. Untuk menjadi bisa dan terampil dalam hal tersebut orang harus tetap belajar dan berlatih. Tak peduli apakah ia berbakat atau tidak. Kelebihannya bakat adalah semata ia membuat kita belajar dengan lebih mudah pada bidang yang bersangkutan.

Ini mungkin terjadi sebab sel-sel syaraf dalam otak kita, somehow, terhubung satu sama lain lebih cepat pada bidang bakat itu daripada bidang lainnya. Kita tahu sains telah membuktikan bahwa setiap harinya sel-sel syaraf dari otak kita terhubung satu sama lain ketika kita mempelajari sesuatu hal yang baru. Nah, bakat adalah ketika sel-sel itu terhubung sejak kita lahir. Itulah mengapa kita punya potensi berbakat pada bidang yang bersangkutan. (Mudah-mudahan penjelasannya tidak njelimet, sehingga anda bisa paham maksud saya.)

Tapi sekali lagi itu hanya potensi. Ia tidak akan membantu anda menjadi sukses, sampai anda mengembangkannya. Melalui latihan dan proses belajar yang tak mengenal lelah.

Rama Royani menggambarkan, kita lahir dengan akal. Tapi akal hanyalah potensi bukan kekuatan. Akal baru akan menjadi kekuatan ketika ia bermanfaat untuk diri kita maupun orang lain. Dan ini hanya bisa dicapai dengan belajar dan melatih pikiran kita untuk berpikir kreatif.

Sebaliknya kita lahir dengan keterbatasan misalnya bahwa kita “tidak bisa terbang.” Ini hanyalah keterbatasan bukan kelemahan. Nanti “tidak bisa terbang” ini akan jadi kelemahan ketika kita membandingkan diri kita dengan burung. Tapi selama kita fine-fine aja dengan kehidupan kita sebagai manusia, maka tidak bisa terbang bukanlah menjadi kelemahan.

Melatih Bakat Menjadi Kekuatan Yang Menguntungkan

Jadi skill dan bakat itu berbeda. Bakat tidak bisa membantu kita meraih sukses. Skill-lah yang akan membantu anda.

Bakat bahkan akan membuat anda gagal. Kalau tidak anda kembangkan menjadi skill.” Demikian ungkap Will Smith, Aktor pemeran The Pursuit of Happyness.

Mengapa bakat bisa membuat kita gagal? Sebab bisa jadi kita akan terperangkap dalam “talented trap.” Dimana kita menganggap diri kita demikian berbakat, sehingga enggan bagi kita untuk belajar dari orang lain. Inilah yang akan membuat kita gagal.

Pertanyaannya, bagaimana mengembangkan benih/potensi bakat yang ada dalam diri kita agar menjadi kekuatan? Dan pada akhirnya bisa bermanfaat untuk kehidupan kita?

Sekali lagi. Tidak ada cara lain selain belajar dan berlatih yang berkepanjangan tanpa mengenal lelah. Dan sekali lagi, hukum 10.000 jam yang dilontarkan penulis Malcolm Gladwell berbunyi. Bahwa untuk menjadi yang terbaik di kita punya bidang, kita harus melakukan bidang tersebut selama 10.000 jam.

Hukum 10.000 Jam - Malcolm Gladwell

Kerja keras? Ya! Kunci kesuksesan tidak ada selain itu. Kerja keras yang terarah. Pada tulisan tentang Kecerdasan Emosional dan Spiritual sebelumnya, saya menceritakan kisah Chris Langan, yang meski ber-IQ 195 (30% lebih tinggi dari Einstein) namun sepanjang hidupnya ia hanya menjadi petani, yang tidur di kandang peternakan kuda. Mengapa? Sebab ia tidak pernah mengembangkan bakat kecerdasan yang dimilikinya.

Jadi untuk mengubah bakat menjadi keterampilan (skill) yang menguntungkan, tidak ada cara lain selain kerja keras berupa latihan dan belajar mengembangkan pengetahuan kita pada bidang bakat tersebut. Hingga 10.000 jam lamanya.

Ketika Cinta Bicara Bakat…

10.000 jam nampaknya adalah waktu yang unik. Sebab kelihatannya sangat banyak. Namun sebenarnya tidak juga.

Sebab jika anda bekerja 8 jam sehari dan 5 hari seminggu. Maka waktu 10.000 jam itu bisa anda capai selama kurang lebih 5 setengah tahun. Ini kelihatannya masih bisa dicapai. Sebab sebagian dari kita mungkin sudah bekerja di perusahaan tempat kita bekerja lebih lama lagi.

Nah pertanyaannya, tapi mengapa orang yang bekerja sekian lama itu belum juga menjadi sukses?

Jawabannya mungkin cuma satu. Dan satu hal inilah yang membedakan seseorang yang sukses dengan mereka yang tenggelam dalam sembilu dunia mediocre. Satu hal ini adalah… Cinta!

Ya, apakah ada cinta dalam pekerjaan kita? Apakah kita berangkat ke tempat kerja setiap harinya dengan penuh perasaan bahagia, semangat dan antusiasme? Atau malah berjalan sempoyongan ke tempat kerja hanya karena kita harus menjalani rutinitas pekerjaan belaka?

Cinta adalah yang membedakan segalanya. Cinta yang kita hadiahkan terhadap pekerjaan kita adalah yang menentukan akan seberapa sukses pekerjaan itu memberikan hasil. Tegasnya, apakah kita mencintai pekerjaan kita atau tidak?

Kebanyakan orang tidak benar-benar menaruh cinta yang besar terhadap pekerjaannya. Semuanya dilakukan hanya demi hal “rutinitas”. Sehingga pekerjaan bukannya menjadi ajang untuk mengeluarkan kemampuan terbaik, tapi malah menjadi beban yang setiap hari semakin menjemukan.

Untuk sukses anda butuh 10.000 jam melakukan bidang yang menjadi bakat anda. Tapi kalau anda tidak sertakan cinta yang besar di sana, maka hanya akan ada 2 kemungkinan hasilnya:
  1. Anda akan menyerah
  2. Anda melakukannya setengah-setengah.
Di lain sisi, jika sekarang anda ingin benar-benar memilih untuk mengembangkan bakat anda. Hingga menjadi kekuatan yang menguntungkan, bukan hanya anda perlu berjuang menaklukkan 10.000 jam terbang. Tapi juga anda akan menghadapi tantangan-tantangan yang jauh lebih “maut”.

Jadi jika anda tidak mencintai apa yang anda lakukan. Dan anda tidak tidak bahagia melakukannya.” Ungkap Mendiang Steve Jobs, “Maka anda akan give up.”

Mencari Tahu Bakat Anda!

Sekarang mari kita lanjut ke poin paling pentingnya. Bagaimana menemukan bakat anda?

Sejak 500 tahun sebelum masehi, para pakar human behavior (prilaku manusia), telah mencoba membagi manusia ke dalam beberapa tipe. Mulai dari yang paling klasik seperti Empedocles yang berdasar pada 4 elemen air, api, tanah, dan angin. Sampai ke tingkat yang jauh lebih modern seperti Personality Plus yang membedakan 4 jenis temperamen manusia yakni, Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis.

Sejak saat itu ilmu psikologi terus berkembang guna untuk membantu manusia meningkatkan kemampuan dasar dalam dirinya. Berbagai klasifikasi pun diciptakan.

Salah satu yang paling menarik bagi saya (dan saya senang sekali menggunakan ini sebagai rujukan), adalah hasil karya Prof. Howard Gardner, yang menguak 8 jenis kecerdasan manusia. 8 jenis kecerdasan inilah yang nampaknya sangat relevan untuk membantu orang-orang dalam mencari tahu potensi bakat yang dimilikinya.

8 jenis kecerdasan manusia menurut Howard Gardner, adalah sebagai berikut:
  1. Kecerdasan linguistik: Kemampuan berbahasa, berbicara, membaca, menulis dan lain sebagainya.
  2. Kecerdasan Matematis: Kemampuan mengelola angka, menghitung, menganalisa, dan lan sebagainya.
  3. Kecerdasan Spasial: Kemampuan melihat gambar, menata ruang, dekorasi, dan sejenisnya.
  4. Kecerdasan Kinestetik: Kemampuan berolahraga, menari, dan segala hal yang terkait tangan dan gerakan.
  5. Kecerdasan Musikal: Terkait musik, lagu dan suara.
  6. Kecerdasan Interpersonal: Kemampuan memahami orang lain, negosiasi, komunikasi, dll.
  7. Kecerdasan Intrapersonal: Sangat baik dalam memahami diri sendiri. 
  8. Kecerdasan Naturalis: Kemampuan terhubung dengan alam, bergaul dengan binatang, biologi dan lain sebagainya.
8 Jenis Kecerdasan - Howard Gardner

Inilah 8 jenis kecerdasan yang diutarakan oleh Prof. Howard Gardner. Dari sini, kita tentu sudah bisa paham, mana yang paling dekat dengan diri kita. Itulah potensi bakat kita. Ingat, bahwa bakat adalah potensi. Anda tidak harus langsung hebat dalam bidang matematika untuk termasuk ke dalam kecerdasan matematis. Tapi ketika anda tertarik atau secara cepat mampu memahami pelajaran matematika sewaktu kecil, maka itu salah satu tanda bibit bakat anda pada bidang tersebut. Demikian halnya dengan jenis kecerdasan lainnya.

Yang unik adalah, bahwa berbeda dengan yang lainnya, Prof. Gardner menggunakan istilah kecerdasan. Yang mengindikasikan bahwa bakat bukanlah sesuatu yang langsung anda kuasai. Tapi sesuatu yang benih impuls otak (kecerdasan) yang untuk mengembangkannya harus dengan pembelajaran dan latihan.

Pengalaman-pengalaman Bakat

Ketika sekolah dasar hingga menengah, saya adalah orang yang sangat bodoh dalam pelajaran hitung-hitungan. Saya dibenci oleh semua guru mata pelajaran itu. Ketika SMP, guru fisika mengatakan saya anak TK. Saya dilempari penghapus papan tulis oleh guru ekonomi. Dan tak satupun guru matematika yang suka dengan saya.

Pernah suatu ketika pada pelajaran Matematika waktu SMA, saya terlambat masuk kelas. Guru matematika killer itu marah bukan main. Dan Anda tahu apa yang terjadi? Sepanjang pelajaran ia hanya sibuk mengomel dan lupa mengajar.

Tapi apa yang terjadi pada pelajaran bahasa? Bisa dipastikan saya menjadi murid kesayangan semua guru bahasa inggris. Saya menang dalam berbagai lomba debat dan pidato membawa nama sekolah. Puisi saya dianggap yang terbaik oleh guru Bahasa Indonesia saya yang sangat keren waktu itu. Sering kali menjadi moderator terbaik jika ada kelas diskusi. Di kelas drama I’m the King!

Itulah pengalaman-pengalaman bakat yang terjadi pada saya. Tanda-tanda bakat sudah terlihat semenjak usia kanak-kanak. Jelas saya punya jenis kecerdasan linguistik yang baik. Itulah benih bakat saya. Itulah yang pada akhirnya membuat saya memilih jalur menjadi penulis, pembicara, pemikir dan sejenisnya.

Saya tahu jika saya paksakan menjadi banker, maka pasti sulit bagi saya untuk bertumbuh. Because I don’t have that kind of smart there.

Tipe kecerdasan itulah yang lebih mudah untuk dikembangkan menjadi kekuatan yang menguntungkan daripada bidang-bidang lainnya.

Nah, cobalah anda ingat-ingat pengalaman-pengalaman bakat dalam hidup anda. Kaitkan dengan 8 jenis kecerdasan di atas. Kemungkinan besar anda akan tahu apa yang benar-benar menjadi bidang anda.

Jika anda kesulitan, ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
  • Apa prestasi anda yang paling membanggakan di masa lalu?
  • Apa kelebihan anda dibanding teman-teman anda masa kecil?
  • Tanyakan pada orang-orang yang paling mengenal anda, apa kelebihan utama anda selama ini?
  • Ketika sekolah, mata pelajaran apa yang paling anda kuasai?
  • Selama ini pekerjaan apa yang menurut anda paling anda jago dan bisa diandalkan?

Mengapa Anda Ingin Mencari Tahu Bakat Anda?

Sebelum semuanya berakhir, ijinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan sederhana.

Why you want to look for your talent? Kenapa anda ingin konsen pada bakat anda?

I bet the answer is, karena anda ingin meraih kesuksesan yang lebih baik. Atau karena anda ingin menjadi yang terbaik di bidang anda.

Sebab jika anda hanya ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja, yang puas dengan kehidupan apa adanya, yang mengalir mengikuti arus meski ke comberan pun tak apa-apa, maka anda tidak butuh tahu bakat anda.

Tapi, anda ingin menjadi yang terbaik. Dan anda ingin menjalani hidup yang terbaik yang anda inginkan. Ketika bicara tentang menjadi yang terbaik, maka kita bicara tentang memberikan manfaat terbaik kepada orang lain. (kepada orang-orang yang kita layani. Yang menjadi target market kita).

Untuk menjadi yang terbaik. Anda harus melakukan yang terbaik. Belajar dari yang terbaik. Memberikan yang terbaik yang anda bisa.

Untuk itu bakat dan skill saja tidak cukup dalam hidup ini. Selanjutnya adalah kita harus arahkan itu kita punya bakat, agar ia bukan hanya menguntungkan kita tapi juga menguntungkan orang lain. Hal ini membutuhkan komitmen yang sekokoh gunung dari dalam diri kita. Sebuah “commitment to excellence.

Dan nampaknya hal ini jauh lebih penting daripada bakat itu sendiri.

Kesimpulan

Bakat dan Passion

Bakat adalah suatu benih potensi yang kita bawah sejak lahir. Namun ia hanyalah potensi semata. Bakat baru akan menjadi potensi ketika ia dilatih dan dikembangkan melalui proses belajar yang berkepanjangan.

Dan tepat pada titik itulah, kita butuh apa yang disebut dengan “Passion.” Gairah, antusiasme dan kecintaan dalam melakukan apa yang kita senangi. Namun untungnya, Tuhan demikian baik. Beriringan dengan bakat itu, Tuhan juga selalu menyelipkan passion di dalamnya. Bisa dipastikan bahwa ketika kita menguasai sesuatu, kita juga mencintai sesuatu itu.

Karena jika tidak ada passion di dalamnya, maka bakat itu tidak akan ada gunanya. Sebab sebagaimana pesan Emerson, bahwa, “Nothing great ever achieved without enthusiasm.” Hanya dengan passion, bakat menjadi bernilai.

Do what you love and the money will follow.” Demikian judul buku Marsha Shinatar yang demikian popolernya.

Dan tepat ketika Greatness itu sudah kita capai, money sudah follow kita punya bakat, maka komitmen untuk memberikan manfaat kepada orang lain akan menjadi suatu keniscayaan.

Demikian, mudah-mudahan tulisan sederhana ini bisa membantu teman-teman dalam menemukan bakat tersembunyi yang ada dalam diri masing-masing. Sehingga apa yang menjadi tujuan kita bisa tercapai. Amin!

6 Cara Mengoptimalkan Fungsi Otak Untuk Meraih Kesuksesan Hidup

By // 2 comments:
Sebelumnya kita pernah mengulik tentang fenomena Ulcok si Manusia kalkulator dari Makassar di sini. Pada tulisan itu diuraikan tentang potensi untuk meningkatkan kemampuan otak manusia. Bahwa otak nyatanya memiliki potensi yang tidak terbatas sehingga pencapaian seseorang pun tanpa batas.

Bahwa satu-satunya batas pencapaian manusia adalah apa yang ia yakini dalam pikirannya.” Demikian ungkap para motivator dunia.

Pada pembahasan itu kita juga menyinggung tentang sebuah premis yang diyakini banyak orang, yang menyatakkan bahwa selama ini manusia hanya menggunakan 10% kemampuan otaknya. Namun menurut sebuah ulasan dari blog zenius.net bahwa hal itu tidaklah pernah terbukti secara ilmiah.

Mengoptimalkan Fungsi Otak
img from: www.optimalnutritions.com
Apa yang kita yakini bahwa potensi kemampuan otak itu bisa kita maksimalkan dengan berbagai cara-cara yang alamiah dan masuk akal. Tidak ada cara-cara instan dimana kita bisa mengaktifkan 90% kemampuan otak lainnya. Sebagaimana yang digembar-gemborkan banyak pelatihan dan seminar.

Nah, pada postingan kali ini saya ingin menyuguhkan tentang 6 cara mengoptimalkan fungsi otak. Sebagaimana yang saya baca dari sebuah buku yang sangat menarik, berjudul “Manajemen Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ dan SQ untuk Kesuksesan Hidup.” Buku itu ditulis dengan apik oleh seorang penulis, dosen dan pembicara seputar otak dan manajemen diri bernama Taufik Pasiak.

Cara-cara yang beliau kemukakan sangat menarik, relavan serta masuk akal sehingga saya ingin membagikannya kepada pembaca blog pengembangan diri melalui tulisan kali ini. Semoga bisa bermanfaat.

Manajemen Kecerdasan - Taufik Pasiak

Keenam langkah untuk mengembangkan kemampuan dan fungsi otak tersebut disingkat ALISSA. Berikut pemaparannya, sebagaimana dikutip dari buku “Manajemen Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ dan SQ untuk Kesuksesan Hidup” tersebut:

1. A : Amankan
Selalu lindungi otak, sebab otak sangat rentan terhadap penyakit dan trauma fisik.

2. L : Latihan Fisik
Lakukan latihan fisik yang membuat otak menjadi kuat.

3. I : Informasi dan Gizi
Selalu berikan suplai informasi dan gizi yang sehat terhadap otak.

4. S : Santai
Buatlah otak rileks dengan menikmati seni, berimajinasi dan meditasi.

5. S : Sosialisasi
Bergaul, bercengkrama dan berdiskusi untuk mengoptimalkan otak.

6. A : Aku mencintai
Mencintai dengan tulus, karena ini ampuh melawan stress yang merusak otak.

#1. Amankan

Walaupun dijaga oleh berlapis-lapis struktur, termasuk adanya cairan otak yang berfungsi sebagai Shock Absorber, otak sangat rentan terhadap penyakit dan trauma fisik. Penyakit ringan seperti flu memiliki potensi merusak otak jika tidak diantisipasi dengan baik. Banyak penyakit meningitis (radang selaput otak) dimulai dengan infeksi sederhana di telinga dan hidung.

Kecerobohan waktu hamil dan trauma lahir juga menjadi penyebab terbanyak buruknya perkembangan otak. Ibu hamil dan anak-anak yang tidak mendapat gizi yang baik dapat dipastikan memiliki komposisi sinaptik sarafi yang lebih sederhana dibanding anak yang cukup gizi. Trauma lahir juga dapat merusak otak dan dapat menghambat perkembangan, termasuk perawatan bayi yang tidak sepantasnya.

#2. Latihan Fisik

Walaupun salah kaprah, orang sekarang sering membicarakan braingym atau neurobics. Latihan fisik penting tetapi bukan satu-satunya cara untuk membuat otak menjadi kuat sebagaimana sering didengungkan oleh mereka yang tidak belajar tentang otak. Latihan fisik hanya melatih sedikit daerah sensorik otak dan semua daerah motorik.

Latihan fisik paling baik jika melibatkan dua bagian tubuh, kiri dan kanan, secara seimbang, terutama jika jari-jemari dilibatkan secara intens. Ini karena dengan cara ini, dua bagian otak terstimulasi secara tidak langsung. Aktivitas motoric standar, seperti berjalan atau memegang, dan aktivitas terampil seperti menari, dapat merangsang otak dengan kekuatan yang berbeda. Gerakan spontan dan yang dibuat-buat pun diatur oleh bagian yang berbeda. Dari semua bagian motorik tubuh, jari-jemari dan lidah memiliki pengaturan yang paling besar di otak.

#3. Informasi dan Gizi

Informasi, terutama yang baru dan unik, serta makanan dan zat gizi yang cukup, berperan sangat penting bagi otak. Pengaruhnya terutama pada pembentukan dan pengayaan sinaptik pada sel-sel saraf. Termasuk melapisi sel saraf sehingga menjadi kuat dan menjamin presisi dan akurasi informasi yang dikirim. Zat gizi, seperti omega 3 dan omega 6, dapat menguatkan fungsi self saraf sebagai booster bagi dirinya sendiri. Zat-zat ini menjadi salah satu penyusun dinding sel saraf dan pelapis sel saraf. Perlu diingat, mengonsumsi ikan dalam jumlah yang tepat dapat menyediakan zat-zat penting bagi otak. Yang jauh lebih penting adalah memberikan ASI kepada bayi. Kandungan DHA pada ikan dan ASI jauh lebih baik dan banyak dibandingkan pada susu formula.

Hubungan sel-sel saraf makin banyak jika ada hal-hal baru yang ditemui. Anak-anak yang diberi mainan, kata-kata, bentuk dan warna baru yang sebelumnya tidak mereka kenali memiliki hubungan saraf yang jauh lebih banyak dibanding anak-anak yang tidak diberi hal baru. Hal-hal yang menantang, seperti menemukan bentuk tertentu dalam banyak bentuk, dapat memperbanyak hubungan sel saraf. Origami (seni melipat kertas) adalah salah satu cara untuk memperbanyak hubungan sel saraf. Attention of details juga merangsang otak. Berikan sebuah batu kerikil atau dedaunan kepada anak-anak. Mintalah mereka mencermati alur, warna, bentuk, dan ciri-ciri lain yang tidak tampak jika hanya dilihat sepintas. Perhatian pada hal-hal kecil, terutama bentuk dan warna, membuat sinap saraf bertambah banyak.

#4. Santai

Otak tidak pernah istirahat. Namun konsolidasi memori antara sel saraf terjadi optimal pada saat otot-otot tubuh istirahat (tidur). Memori episodik, seperti menghafal nama orang, nomor telepon, atau kata-kata baru, dan memori procedural, seperti belajar naik sepeda, mengikat tali sepatu, atau merangkai bunga (seperti ikebana), dapat diatur secara baik oleh otak jika ada kesempatan untuk mengonsolidasikan diri. Dan itu terjadi ketika otak sedang santai.

Santainya otak, kalau direkam dengan alat EEG, menunjukkan gelombang alfa. Keadaan ini timbul ketika ada gerakan listrik otak sekitar 7-14 kali per menit. Keadaan ini dapat diperoleh antara lain dengan mendengarkan musik, duduk di tepian pantai sembari merenung, berimajinasi, melukis, menulis puisi, menghayati kata-kata indah, mencermati lukisan naturalistik yang memesona, atau yang lebih tekhnis dengan meditasi. Otak yang santai dapat menjadi alat untuk self-therapy. Denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi nafas menjadi tertata baik. Pelepasan zat kimia juga tertata dengan baik. Akibatnya, organ-organ tubuh dapat bekerja secara optimal dan menjamin mereka tetap sehat.

#5. Sosialisasi

Bergaul, bercengkrama, berdiskusi, ngobrol juga dapat mengoptimalkan fungsi otak. Sosialisasi membuat semua organ perifer otak, seperti indra-indra, selalu terangsang. Bagian sentral, terutama kulit otak dan sistem limbic, dapat bekerja secara baik.

Dengan mengobrol, rasa dan rasio dapat terangsang. Jadi, berbicara tidak saja menjadi bawaan alamiah (bahwa manusia harus berbicara), tapi juga alat untuk mengembangkan diri. Sosialisasi akan melatih kekuatan emosi (EQ), kemantapan Spiritual (SQ), dan kecerdasan rasio (IQ).

Baca Juga: Meraih Sukses Dengan EQ, Menjadi Mulia Dengan SQ

Dengan bergaul, seoran anak dapat mencegah pembajakan emosi oleh amygdala yang membuatnya menjadi reaktif dan kasar. Amygdala adalah bagian dari sistem limbic yang dapat membajak setiap informasi yang masuk ke otak sebelum kulit otak yang sadar menanggapinya.

Dengan sosialisasi, otak juga terbiasa mengenali facial expression yang sangat beragam itu. EQ anak akan dapat diatur jika ia terlatih mengenali sekecil mungkin perubahan ekspresi wajah.

#6. Aku Mencintai

Mencintai sangat baik bagi otak. Bawaan manusia antara lain adalah need of affection, kebutuhan akan kasih, sayang, dan cinta dalam kehidupan hariannya. Cinta yang paling baik adalah memberi daripada menerima. “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Kata sebuah pepatah. Pepatah ini memberi inspirasi kepada kita untuk lebih banyak memberi daripada meminta. Cinta yang tulus, keramahtamahan dan kejujuran sangat ampuh melawan stress yang merusak otak. Stress dapat merangsang pengeluaran hormon stress yang berpotensi dapat merusak tubuh. Banyak penelitian otak membuktikan bahwa pengeluaran zak kimia ini dapat dihambat dengan perasaan yang penuh cinta dan kasih sayang.

Tiga sifat yang sangat ampuh merusak otak adalah iri, serakah, dan sombong. Ini adalah sumber gangguan kejiwaan yang secara organik dapat memengaruhi jumlah dan komposisi zat kimia otak. Pikiran negatif juga merusak otak dengan cara yang sangat ampuh.

Kesimpulan

Otak adalah bagian paling penting dalam tubuh manusia. Jika fungsi ini rusak atau sedikit saja kurang optimal maka bisa dipastikan hidup kita pun akan menjadi tidak seimbang.

Dan adalah tanggung jawab kita untuk menjaga dan mengembangkan kita punya otak. Otak yang sehat dan maksimal kinerjanya akan pula memberikan pengalaman hidup yang jauh lebih bermutu.

Salah seoran ilmuan sekali pernah menyatakan, “otak adalah senyawa terhebat yang pernah diciptakan Tuhan.” Melalui otak kita bisa berpikir dan memperjuangkan apa yang kita inginkan. Potensi pencapaian otak ini tidaklah terbatas, kecuali apa yang kita batasi dalam pikiran kita sendiri. Ketika anda yakin dengan sesuatu, maka otak anda akan bekerja untuk mendukung anda.

Karena itulah menjadi wajib bagi kita untu memperlakukan otak kita dengan sebaik-baiknya. Terutama memberinya kepercayaan bahwa ia bisa melakukan banyak hal-hal besar. Itulah kunci untuk membuka potensi otak kita yang cemerlang.

Baca Juga: Ubah Hidupmu, dengan Mengubah Mentalitasmu!

Dari ulasan diatas kita belajar bahwa, otak juga membutuhkan perhatian, asupan, serta pelatihan sebagaimana organ tubuh kita yang lain. Dan cara-cara yang dipaparkan pun sangat fundamental serta dapat dilakukan pada keseharian hidup kita.

Terima kasih kepada penulis buku Manajemen Kecerdasan, Bapak Taufik Pasiak. Atas ilmu yang bermanfaat ini. Terima kasih kepada anda yang pembaca setia blog EdwardRhidwan.Com. Semoga sajian-sajian renyah dalam blog ini juga bisa bermanfaat untuk anda. Agar tidak ketinggalan update terbaru, sudahkah anda berlangganan via email?

Meraih Sukses Dengan Kecerdasan Emosional. Menjadi Mulia Dengan Kecerdasan Spiritual.

By // No comments:

Pada tahun 1905, Ilmuwan prancis Alfred Binet, menemukan cara dan alat untuk mengukur tingkat kesuksesan manusia dengan apa yang disebut dengan Intelligence Quotient (IQ). IQ ini sekaligus dianggap sebagai faktor utama yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang kala itu. Semakin tinggi IQ-nya maka semakin sukseslah ia dalam hidupnya.

IQ atau Kecerdasan Intelektual terletak pada funsi otak Neocortex. Fungsi ini berbicara tentang seberapa baik otak kita menghafal informasi. Pun terkait dengan kemampuan matematis. Istilah mudahnya seberapa luas wawasan atau kompetensi yang dimiliki. Semakin tinggi IQ-nya maka semakin luas wawasannya, semakin luas wawasannya, maka semakin pintar ia. Semakin pintar ia maka pintu kesuksesan akan terbuka semakin lebar untuknya.

Meraih Sukses Dengan Kecerdasan Emosional. Menjadi Mulia Dengan Kecerdasan Spiritual. Tentang Emotional Intelligence

Hal itulah yang diyakini orang dari dulu, bahkan pada beberapa orang masih diyakini sampai sekarang. Baru pada tahun 1995, orang mulai menyadari bahwa ada jenis kecerdasan lain yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Yakni ketika Daniel Goleman pertama kali memperkenalkan istilah Emotional Intelligence (EQ) melalui bukunya yang berjudul Working With Emotional Intelligence.

EQ atau kecerdasan emosional terletak pada limbic system. Yang berkaitan dengan kondisi mental dan emosi seseorang. Meliputi kemampuan untuk berempati, keterampilan sosial, mengendalikan diri sendiri, bangkit dari kegagalan, kesabaran, integritas, menjaga semangat positif dan lain sebagainya.

Melalui Emotional Intelligence, Daniel Goleman membuktikan bahwa berwawasan saja tidaklah cukup untuk menjadi sukses. Tapi dibutuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri dan emosi. Lebih-lebih dibutuhkan skill dan kemampuan untuk berpikir. Yakni mengelola informasi atau wawasan yang dimilikinya untuk mengambil tindakan.

Kecerdasan emotional inilah yang disebut-sebut jauh lebih penting dari kecerdasan intelektual dalam meraih kesuksesan. Tak tanggung-tanggung, para pakar menyebutkan bahwa EQ menentukan hingga 80-90% kesesuksesan seseorang. Sementara IQ hanya berperan paling banyak 8-20% saja.

Baca juga: Ubah Hidupmu Dengan Mengubah Mentalitasmu!

Sistem Pendidikan Kita Yang… Kiri!

Sayang, nampaknya sistem pendidikan di sekolah kita tidak mengajarkan tentang kecerdasan emotional ini. Kita hanya dilatih semata-mata untuk meningkatkan kecerdasan intelektual. Setiap hari kita hanya disuruh menghafal rumus, tahun kejadian dalam sejarah, sampai-sampai pelajaran yang paling terkait EQ sekalipun kita hafal. Adalah menggambar. Bukannya melatih kita untuk kreatif, kita malah menghafal. Menggambar pemandangan kita hafal. Pasti polanya selalu sama. Gunungnya ada dua. Ditengahnya ada matahari. Kemudian di depan gunung ada jalan yang miring ke kanan. Disamping jalan itu ada sawah dan rumah-rumah.
 
gambar pemandangan
img from: kaskus.com
Begitulah sistem pendidikan kita selalu hanya menitikberatkan pengembangan kecerdasan intelektual semata. Kita disuruh menghafal bukannya berpikir. Kita lebih banyak diberi tugas mengingat rumus, ketimbang membuat esai. Sementara sisi-sisi yang mengembangkan kecerdasan emosional sama sekali tak tersentuh.

Hasilnya, kita semua jago dalam urusan kecerdasan intelektual. Kita demikian pintar dalam menghafal ilmu pengetahuan. Namun seiring kepintaran itu kita dihinggapi perasaan sombong, merasa diri paling benar, enggan berempati dan lain sebagainya. Yang mengindikasikan tidak berkembangnya kecerdasan emosional dalam diri kita.

Semakin tinggi sekolahnya,” Kata Motivator Otak Kanan Ippho Santosa, “Maka semakin kiri otaknya. Karena itu perguruan tinggi diplesetkan menjadi perguruan kiri. Hanya pada sekolah taman kanak-kanak saja yang banyak menaruh perhatian pada pengembangan otak kanan. Karena itu taman kanak-kanak dipelesetkan menjadi taman kanan-kanan.”

(Hehe… memang beliau ini dikenal sebagai pakar otak kanan dan kreativitas. Salah satu sifat otak kanan adalah humoris dan kreatif.)

Dualisme Otak Kanan Vs. Otak Kiri

Otak kanan memang dikenal terkait dengan fungsi kreatifitas, ituisi, linguistik dan termasuk di dalamnya segala hal yang terkait dengan kecerdasan emosional. Sementara hemisfer otak kiri sangat terkait dengan kecerdasan intelektual. Segala sesuatu yang mencakup fungsi matematis, analisis, hafalan dan perincian.

Antara kedua otak kiri dan otak kanan itu keduanya sama-sama dibutuhkan. Hanya saja, sekali lagi, sistem didikan dan pengajaran disekolah selalu menitikberatkan pada pengembangan otak kiri semata. Hasilnya kebanyakan orang lebih kuat otak kirinya.

Padahal sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, agar sukses dibutuhkan 80% peran Kecerdasan emosional (otak kanan) dan hanya dibutuhkan sekitar 20% saja peran kecerdasan intelektual (otak kiri).

otak kiri vs otak kanan
img from: blog.mindjet.com
Kenapa demikian banyak orang yang takut membuka usaha? Sebab menurut Jaya Setiabudi dari Young Entrepreneur Academy (YEA), kebanyakan orang mendahulukan hitung-hitungan. Kalau perencanaannya belum matang, maka ia akan takut melangkah. Hasilnya usahanya tidak pernah buka-buka.

Bisnis yang baik adalah bisnis yang dibuka dan dijalankan. Bukan hanya yang direncanakan dan ditanyakan.” Demikian peringatan Mas Jaya Setiabudi.

Banyak orang yang gagal, sebab mereka terlalu pintar dalam menghitung kegagalan. Tapi tidak pernah bertindak. Menghitung adalah bagian IQ. Bertindak adalah pekerjaan EQ. Kita lihat para professor bisnis, terlalu jago dalam hal hitung-hitungan bisnis. Tapi kenyataannya mereka bukan pebisnis. Mereka tidak punya bisnis. Mereka tahu dan paham data-data yang menunjukkan bahwa bisnis akan gagal. Sebaliknya datang seseorang yang hanya lulusan SMP, yang tidak peduli dengan hitung-hitungan dan data. Apa yang ia lakukan hanyalah Action. Bertindak. Tanpa takut gagal tanpa takut rugi. Seiring berjalannya bisnis dan waktu, ia mulai memperbaiki hitung-hitungannya. Ketika gagal, ia tidak menyerah (peran EQ). Ia bangkit. Demikian seterusnya hingga ia akhirnya sukses menjadi salah satu pengusaha terkaya di negerinya. Orang-orang seperti ini terlalu banyak contohnya disekitar kita. Salah satu yang kita kenal adalah Bob Sadino yang tidak tamat SD.

Orang goblok selalu mau belajar. Dan tidak takut salah. Orang pintar malu dan gengsi untuk belajar. Ketika sukses, orang goblok mempekerjakan orang pintar.” Demikian yang selalu diungkapkan Bob Sadino.

Lebih Pintar dari Albert Einstein

Dalam buku Outliers, Malcolm Gladwell menceritakan kisah seorang pemuda yang bernama Christopher Langan. Christopher Langan adalah orang yang disebut-sebut sebagai orang paling pintar di Amerika. Jika, Albert Einstein punya IQ 150. Maka Chris IQ-nya 195. Bayangkan betapa pintarnya ia.

Langan sudah bisa bicara ketika usianya baru 6 bulan. Pada usia 3 tahun, ia mampu belajar membaca dengan sendirinya. Pada usia 5 tahun ia sudah mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan. Jika ia menggambar dengan asal-asalan hasilnya akan seperti photografi. Ia mampu menguasai fisika, kimia, matematika, bahasa prancis, bahasa rusia dan masih banyak lagi dalam usia remaja.

Tapi apakah ini berarti bahwa ia akan sesukses Albert Einstein? Atau bahkan lebih sukses?

Einstein punya IQ 150. Langan 190. ” Tulis Gladwell, “ IQ Langan 30% lebih tinggi dari Einstein. Tapi itu tidak berarti Langan 30% lebih cerdas dari Einstein.”

Faktanya adalah sepanjang hidupnya Christopher Langan hanya menjadi petani. Ia tidur di kandang peternakan kuda. Ia menguasai sekian banyak ilmu pengetahuan, tapi tidak memberikan dampak apa-apa kepada dunia. Ia tidak pernah menciptakan karya apa-apa. Ia tidak pernah mengadakan seminar atau publikasi apa-apa. Ia bahkan gagal dua kali dalam kuliahnya.

Ketika Kecerdasan Membawa Manfaat Kepada Yang Lain…

Nampaknya sudah jelas bagi kita bahwa kesuksesan tidak cukup hanya dengan bermodal pintar dan berwawasan luas semata. Dibutuhkan jenis kecerdasan lain yakni kecerdasan emosional. Atau apa yang disebut ilmuwan Robert J. Strenberg, sebagai “Practical Intelligence.” Yakni kemampuan untuk mengetahui dan mengelola informasi atau wawasan yang dimiliki untuk mengambil tindakan praktis.

Pengetahuan adalah bahan mentah informasi. Ketika bahan mentah itu kita olah menjadi sesuatu hal yang mendatangkan kesuksesan, itulah yang disebut dengan berpikir. Itulah yang dilakukan Bob Sadino. Tapi tidak dilakukan Chris Langan.

Kecerdasan emosional ini sudah cukup mengantarkan seseorang ke pintu gerbang kesuksesan. Tapi pertanyaan selanjutnya, bagaimana jika kecerdasan emosional ini digunakan untuk kepentingan-kepentingan tidak baik?

Seorang koruptor, seorang bos mafia, dan bandar narkoba kelas kakap, pun pastinya memiliki kecerdasan emosional yang mendukungnya meraih apa yang ia inginkan. Kesuksesan materi. Jadi apakah cukup hanya dengan kecerdasan emosional semata?

Tentu tidak! Sebab kita tidak ingin menjadi orang yang demikian. Kita juga ingin menjadi orang baik. Yang bermanfaat untuk orang lain. Sebagaimana kata Tony Robbins, “Life is not only about achievement. But also about fulfillment.” Hidup tidak hanya tentang menjadi sukses, tapi juga menjadi bermanfaat.

Kita ingin menjadi seperti Muhammad Yunus, yang rela miskin dan susah demi membantu orang-orang miskin di negaranya. Ia bahkan menjaminkan dirinya agar bank-bank mau mengucurkan kredit kepada para orang miskin ini. Ia tidak takut merugi dan tertipu. Niatnya semata-mata hanyalah untuk membantu orang lain. Hingga akhirnya karena hal itu, ia meraih kesuksesan dan penghargaan yang nilainya jauh lebih tinggi lagi. Setelah bergumul dengan ribetnya regulasi bank-bank yang ada, Ia akhirnya membuka banknya sendiri. Yang dikhususkan untuk memberikan bantuan modal usaha bagi orang-orang miskin. Tanpa regulasi yang njelimet, tanpa perlu agunan, ia telah menjangkau lebih dari 47.000 desa miskin di Bangladesh melalu lebih dari 1.200 cabang banknya. Dan karena itu, ia diganjari penghargaan nobel perdamaian.

Inilah contoh orang yang tidak hanya sekedar sukses dengan kecerdasan Emosional. Tapi juga, meminjam istilahnya Jamil Azzaini, menjadi manusia sukses mulia. Yang rela mati demi kebenaran. Rela miskin demi mengutamakan kepentingan sesama. Rela berjuang dijalan Tuhan.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.” -Muhammad SAW, 15 Abad silam.

Nah, tepat pada titik itulah kita membutuhkan jenis kecerdasan ketiga. Yakni; Kecerdasan Spiritual.

Apa itu Kecerdasan Spiritual (SQ) dan bagaimana peranannya?

Kecerdasan Spiritual (SQ) baru ditemukan pada sekitar tahun 2000 melalui serangkaian penelitian ilmiah. Salah satunya adalah penelitian V.S. Ramachandran dari Universitas Kalifornia. SQ terletak pada fungsi otak Temporal Lobe. Atau yang disebut juga dengan God Spot.

God spot atau saya lebih senang menyebutnya dengan Hati Nurani, nampaknya adalah bagian dimana kita terhubung langsung dengan Tuhan. Melalui hati nurani ini, Tuhan berkomunikasi dengan diri kita.

Spiritual Quotient
img from: topteen.in
Itulah mengapa sebagian orang mengatakan bahwa hati nurani itu tidak bisa bohong. Memang benar. Sebab hati nurani adalah bagian di dalam diri kita yang tidak dikendalikan oleh pikiran. Ia ada di otak, tapi fungsinya tidak dikontrol oleh otak. Ia dibawah pengawasan Tuhan langsung.

Karena itu hati nurani bersifat independen. Ia lebih cenderung sebagai pengawas dan penunjuk arah bagi kita. Ketika kita melakukan sesuatu yang salah, maka nurani akan menjerit. Nah, kemampuan untuk mendengarkan jeritan hati nurani (atau dalam hal lain ilham/petunjuk/intuisi) inilah yang disebut dengan kecerdasan spiritual.

Karena kecerdasan spiritual ini tidak bisa berbohong, atau melakukan hal-hal yang tidak baik, maka kecerdasan inilah yang mutlak kita butuhkan untuk menjadikan hidup kita sukses mulia. Alih-alih memikirkan diri sendiri, kita lebih cenderung untuk memberikan manfaat untuk orang lain.

Kecerdasan Spiritual dalam Dunia Bisnis

Saya menerjemahkan kecerdasan spiritual salah satunya outcome-nya adalah memberikan manfaat untuk orang lain. Tapi tentu kecerdasan ini mencakup hal yang jauh lebih dalam dari itu. Hanya saja ini menjadi salah satu outcome yang paling riil. Dan nampaknya hal inipun menjadi fenomena dalam dunia bisnis belakangan ini.

Adalah Prof. Philip Khotler dan Hermawan Kartajaya, dua orang pakar marketing dunia, belakangan ini menulis sebuah buku yang berjudul, “Marketing 3.0”.

Inti dari buku ini adalah bahwa nampaknya strategi marketing yang ada sekarang sudah tidak lagi relevan. Saat ini muncul strategi marketing baru yang disebut “marketing nilai/value.” Yakni strategi marketing yang bukan lagi berfokus pada mengkampanyekan kelebihan, produk, perusahaan dan sebagainya. Melainkan strategi marketing yang mendahulukan nilai.

Perusahaan dituntut untuk mengkampanyekan nilai-nilai positif yang mereka lakukan untuk kepentingan sesama. Ya, kita mungkin mengenal CSR (corporate social responsibility). Tapi menurut kedua pakar tersebut, ini semua bukan tentang CSR. Tapi karena memang itu adalah nilai yang diutamakan oleh perusahaan.

Bahkan CEO General Electric Indonesia, Handry Santriago, mengaku tidak senang dengan CSR. Tapi karena memang karena kita ingin melakukan sesuatu yang bernilai.

Salah satu contoh yang paling gemilang tentang marketing nilai ini adalah AQUA. Dalam iklan-iklannya yang kita lihat setiap hari di TV, AQUA tidak lagi mengkampanyekan air mineral kemasannya. Tapi lebih banyak mengkampanyekan nilai-nilai positif yang mereka lakukan untuk membangun negeri. Misalnya mensponsori ajang pencarian bakat sepakbola anak-anak sampai ke pelosok-pelosok kampung.

Marketing Value AQUA
img from: bola.liputan6.com
Intinya perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi positif. Entah kepada bangsa, lingkungan, sesama, pendidikan atau apapun. Perusahaan yang gagal melakukan hal ini, akan dianggap egois, dan hanya semata-mata mencari untung.

Inilah bukti nyata crusialnya nilai penerapan kecerdasan spiritual dalam kehidupan.

Kesimpulan

Pada akhirnya, sepertinya memang ada kasta-kasta manusia dalam menggunakan pikirannya. Kasta pertama adalah mereka yang hanya menggunakan pikirannya sebagai gudang fakta. Yang kedua, adalah mereka yang menggunakan pikirannya untuk berpikir dan meraih kesuksesan. Dan kasta ketiga, yang paling tinggi adalah mereka yang menggunakan kecerdasannya untuk memberikan manfaat kepada yang lain.

Tapi ketiga kasta itu pun masih mending. Sebab belakangan saya menyadari ternyata ada orang yang berada di kasta yang lebih rendah dari yang paling rendah. Yakni ketika manusia tidak menggunakan pikirannya sama sekali.

Kemarin kebetulan saya membaca sebuah tulisan note di facebook. Tulisan itu terkesan sangat indah dan bijak. Di dalamnya diuraikan fakta-fakta tentang asal muasal penciptaan manusia. Yakni bahwa semua manusia berasal dari satu entitas yang sama, Atom.

Sehingga menurut tulisan tersebut, bahwa semua makhluk adalah sama. Tidak ada kasta yang membedakan antar-makhluk. Kita tidak lebih baik dari hewan, tumbuhan dan jin. Kita semua bersaudara.

Menurutnya, anggapan bahwa manusia adalah pemimpin bagi makhluk-makhluk ciptaan lainnya tidak bisa diterima. Sebab hanya merupakan bukti kesombongan dan delusi manusia itu semata. Karena itu, tulisan tersebut melarang seseorang untuk menyembelih hewan dan menebang pohon.

Yang unik adalah bahwa tulisan ini dipegang teguh oleh kelompok kepercayaan tertentu. Nampaknya penulis tulisan ini, serta orang-orang yang hanyut dalam konteks yang terkesan indah dan bijak, lupa bahwa manusia dihadiahkan sebuah alat, yang disebut “akal pikiran.” Yang sayangnya, tidak diberikan kepada saudara-saudara kita makhluk lain selain manusia.

Akal pikiran kita inilah yang membuat kita berbeda. Dan dengannya kita punya pilihan dan tanggung jawab yang lebih. Tulisan ini nampaknya pun hanyut dalam budaya berpikir negatif, bahwa kapanpun seseorang mendapat jenis keuntungan tertentu, (apakah berupa uang, jabatan, kekuasaan, dll) maka serta merta ia akan menjadi jahat, sombong dan lupa diri. Bukankah ada pilihan untuk menjadi pemimpin yang bijak dan bermanfaat?

Jadi kalau manusia enggan menggunakan pikirannya untuk berpikir dan memberi manfaat kepada yang lain, maka silahkan anda mengistilahkannya sendiri kastanya.

Hidup bukanlah sekedar tentang menjadi pintar atau sukses tapi juga untuk bermanfaat untuk sesama. Itulah hidup sukses mulia. Karena itu kita tetap butuh ketiga jenis kecerdasan yang ada.

IQ agar kita menjadi manusia pembelajar yang berwawasan luas. Kemudian EQ membuat kita mampu mengendalikan kondisi mental dan emosional pribadi. Sekaligus untuk berpikir dan mengambil tindakan. Sementara SQ, membimbing kita untuk memilih jalan kebenaran dan memberikan manfaat kepada yang lainnya.

Kita pintar dengan IQ. Sukses dengan EQ. dan menjadi mulia dengan SQ.

5 Prinsip Kunci Melejitkan Produktivitas Di Bidang Apapun

By // No comments:
Produktivitas adalah tema yang sangat penting dewasa ini. Jika kita enggan terlibas dan tergerus arus dunia global yang demikian laju, maka produktivitas sudah harus menjadi perhatian utama.

Berbagai program-program dan buku-buku bermunculan tentang bagaimana meningkatkan produktivitas kerja. Semuanya dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing mencoba untuk membantu kita demi produktivitas kerja yang lebih gemilang.

Namun yang menjadi permasalahan adalah bahwa kebanyakan program-program tersebut hanya langsung berfokus pada hal-hal tekhnis semata. Seperti misalnya mengatur jadwal kerja dengan lebih rapi dan hal-hal serupanya.

5 Prinsip Kunci Melejitkan Produktivitas Kerja Di Bidang Apapun

Dampaknya hal-hal yang semacam itu hanya mungkin akan membantu kita untuk beberapa saat. Namun ketika gelombang kepenatan atau tekanan kembali menghadang, maka kembali pulalah kita pada kebiasaan lama: tidak produktif.

Lantas bagaimana solusi untuk meningkatkan produktivitas ini hingga ke akar-akarnya?

Itulah yang akan kita kuak pada perbincangan hangat kali ini. Semoga bisa sedikit membantu teman-teman dalam melihat produktivitas dengan kacamata yang benar. Dan pada akhirnya, sesuai yang kita semua harapkan, bisa bekerja dengan penuh produktivitas.

So, let's go...

Namuun sebelumnya, mari kita sepakati bahwa, Produktivitas berarti memaksimalkan hasil (output/outcome) pekerjaan, dengan menggunakan waktu dan energi yang lebih sedikit. Dalam hal ini prinsip pareto yang mengatakan 20% upaya memberikan 80% hasil sangat berlaku. Dengan demikian kita punya outline tentang bagaimana seharusnya solusi dari masalah produktivitas ini.


Berdasarkan pengertian tersebut, berikut setidaknya 8 prinsip kunci dalam bekerja yang produktif. 

#Prinsip 1. Work With Passion
Prinsip pertama agar pekerjaan menjadi produktif adalah passion. Apakah kita benar-benar mencintai apa yang kita lakukan? Apakah kita antusias dan bergairah dengan pekerjaan kita? Sebab sebagaimana yang pernah dikatakan Emerson, bahwa "Nothing great was ever achieved without enthusiasm."

Ungkapan Emerson pun diatas bisa diartikan bahwa tidak ada produktivitas tanpa antusiasme. Hanya jika kita benar-benar passionate dengan kita punya pekerjaan, maka kita bisa menjadi produktif terus menerus.

Nampaknya ada kekuatan luar biasa dari sebuah passion dalam membantu kita menjadi lebih produktif. Terutama bahwa kita akan enjoy dengan setiap proses yang kita lalui. khususnya dalam hal-hal yang nampaknya kecil namun sebenarnya cukup penting. Bagi kebanyakan orang hal-hal kecil biasanya diabaikan begitu saja. Padahal ketabahan dan keseriusan pada hal-hal kecil itu akan membuat kita berhasil dalam setiap upaya yang kita lakukan.

Dalam buku Outliers oleh Malcolm Gladwell disebutkan sebuah study yang dilakukan untuk melihat tingkat kegigihan para siswa dalam melakukan hal-hal yang terkesan kecil dan remeh-temeh. Para siswa diberikan test yang berisi banyak sekali pertanyaan-pertanyaan kecil seperti "dengan siapa kau bermain waktu kecil?", "apa pekerjaan orang tuamu?" dan lain sebagainya.

Hasilnya, sekitar 80% siswa meninggalkan test itu kosong begitu saja dan pergi dalam waktu kurang dari 15 menit.

Sederhananya kalau begini, bukankah kita menjadi tidak produktif?

#Prinsip 2. Managing Energi Not Only Time
Dalam buku The Power of Full Engagement, Jim Loehr dan Tony Schwartz, menyebutkan bahwa energilah sumber daya utama kita dalam bekerja bukannya waktu. 

Kita semua punya jatah waktu yang sama. 24 jam sehari. Tapi meski demikian ada orang yang berhasil menjadi produktif ada pula yang tidak. Mengapa? Jawabannya adalah: sebab yang mereka coba untuk kelola adalah waktunya. Tapi tidak energinya.

Permasalahannya adalah, ya mungkin time management kita sudah sempurna. Seperti jam sekian kita akan bangun, jam sekian bekerja, jam sekian melakukan ini, dan jam sekian melakukan itu.

Permasalahannya hanya satu. Perencanaan waktu itu hanya sekedar perencanaan tanpa eksekusi, sebab pada waktu yang bersangkutan kita sudah kehabisan energi duluan.

"Time Management is Dead." Demikian ungkap seorang pakar produktivitas, Dave Crenshaw.

Yang perlu kita lakukan sebenarnya sederhana. Yakni bukannya berfokus pada mengelolah waktu, melainkan mengelola energi. Sebab waktu itu adalah sesatu yang tetap. Sementara cadangan energi sangat mudah menguap. Hal-hal semaca kemacetan, stress, dan sebagainya demikian cepat menyedot cadangan energi kita setiap harinya.

Mengelolah energi bukan berarti kita tidak menghiraukan waktu sama sekali. Tapi kita hanya tidak berfokus pada waktunya. Tapi kita berfokus pada energi kita. Maka dengan begini kita akan paham, kapan kita harus istirahat, kapan kita harus olahraga, kapan kita mengasup energi dari makanan serta kapan harus berkonsentrasi penuh melakukan pekerjaan. (Untuk lebih detailnya, hal ini akan dikupas pada pembahasan tersendiri).

#Prinsip 3. Teamwork Synergy
Prinsip terpenting selanjutnya dalam hal melejitkan produktivitas adalah kerja sama. Tidak ada orang yang bisa sukses sendirian. Semuanya butuh orang lain. Dan inilah bentuk sinergitas. Masing-masing orang melakukan apa yang menjadi kekuatan utamanya. Demikian pula dengan kita. Kita tidak bisa menjadi semua hal untuk semua orang. Untuk berhasil, kita harus fokus pada tugas utama kita, selanjutnya sisanya kita delegasikan kepada yang terbaik di bidangnya.

Dengan begini, hasilnya pasti jauh lebih baik daripada kita mencoba melakukan semuanya setengah-setengah. Maka produktivitas pun akan melonjak naik secara drastis.

Sebagian orang mengaku bisa melakukan banyak hal alias multitasking. Namun studi demi studi telah membuktikan bahwa tidak ada namanya multitasking. Pikiran kita hanya bisa melakukan suatu hal dalam suatu waktu.

Ya anda memang bisa berjalan dan berbicara sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Tapi itu hanya berlaku pada hal-hal yang sifatnya otomatis, yang tidak membutuhkan konsentrasi saat melakukannya. Sebab itu adalah bagian lain daripada otak.

Namun, sekarang kampanye "no Cellphone when driving" bisa kita temukan dimana-mana. Bahkan hal itu dikampanyekan oleh orang-orang sekelas Oprah. Demikianlah bahwa otak kita tidak bisa fokus pada dua hal pada waktu yang bersamaan.

#Prinsip 4. Preparation Matter
Ada petuah bijak yang mengatakan, "1 menit yang kita gunakan untuk merencanakan, menghemat waktu 10 menit dalam tindakan."

Demikianlah persiapan menjadi prinsip kunci selanjutnya dalam meningkatkan produktivitas. Melalui persiapan kita menjadi terarah akan apa yang harus dilakukan. Sehingga kita tidak membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak penting dan tidak menghasilkan produktivitas.

Mempersiapkan segala sesuatunya pada malam hari sebelum tidur, tentu akan membuat kita lebih tenang dan lebih fokus dalam bekerja keesokan harinya. Tidak lucu dong kalau harus buang-buang waktu bolak-balik ke rumah hanya karena ada yang ketinggalan.

Persiapa juga berarti memiliki jadwal akan apa yang harus dilakukan pada hari itu. Istilahnya "to-do-list." Dengan list tugas-tugas yang harus dilakukan kita bisa lebih cerdas mengelola waktu dan energi untuk hasil yang lebih produktif.


Hanya saja pastikan bahwa kita tidak membuat list yang terlalu banyak. Sehingga bisa jadi kita akan keteteran dan tidak berhasil melakukan list kita. Ini justru akan berdampak negatif pada kondisi kita selanjutnya. 

Para pakar menganjurkan agar maksimal kita punya 3 list poin-poin paling penting yang akan kita lakukan pada hari itu.

#Prinsip 5. Be Your Self and Make Peace With Mistake
Prinsip terakhir, dan bisa jadi menjadi prinsip yang paling penting dari semuanya, adalah percaya diri dan jangan takut melakukan kesalahan.

Kerapkali orang-orang menjadi tidak produktif sebab terhambat oleh diri mereka sendiri. Ada semacam mental block yang menghalangi untuk bergerak maju. Perasaan tidak percaya diri, atau takut berbuat salah adalah yang paling umum.


Contoh sederhananya dalam hal menulis. Kebanyakan orang menjadi tidak berhasil menulis, sebab takut tulisannya salah, atau jelek. Atau mereka mau membuat tulisan yang langsung super duper bagus, tapi faktanya mereka tidak bisa. Akhirnya ujung-ujungnya adalah menunda. Syukur-syukur kalau tidak menyerah.

Nah, untuk bisa berhasil menghasilkan outcome, kita harus hancurkan itu mental block. Dengan lain kata kita kudu berani dan berdamai dengan kesalahan. Kesalahan adalah media untuk belajar dan bertumbuh. Hanya dengan mindset demikian maka kita akan bisa maju dan menjadi produktif.

Demikianlah 5 prinsip kunci untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam bidang apapun. Yakni passion, kerja sama, manajemen energi, perencanaan serta mendobrak mental takut salah, maka bisa dipastikan produktivitas kita akan meroket tajam ke level yang gemilang. 

Mudah-mudahan hal tersebut juga bisa "bunyi" di kehidupan kita semua. Termasuk anda dan saya pribadi. Sehingga kita pun bisa menjadi pribadi yang lebih produktif. Dan sukses. Amin!!!

*img from: www.diygenius.com