Menemukan Potensi Bakat Dari 8 Jenis Kecerdasan Manusia

By

Bagaimana menemukan bakat saya? Pertanyaan ini kerap kali ditanyakan oleh banyak orang dalam hal mengembangkan diri, menjadi yang terbaik di suatu bidang tertentu, atau meraih impian yang sangat diharapkannya.

Pada tulisan hangat kali ini kita akan coba mengulas tentang hal bakat tersebut, bagaimana peranannya dalam kehidupan, serta di mana menemukannya.

Sebelumnya silahkan seruput dulu kopi atau teh yang ada diatas meja anda…

Bakat

Bakat, Potensi Dan Keterbatasan

Menurut Wikipedia, bakat adalah kemampuan atau keterampilan seseorang yang dibawah dari lahir. Sementara menurut Rama Royani, penemu talent mapping, bahwa bakat adalah bagian dari personality yang produktif. Dan bakat ini sendiri tidak bisa diubah lagi sejak usia 16 tahun.

Nampaknya semua orang sepaham bahwa bakat adalah jenis kemampuan yang kita bawa sejak lahir. Orang yang berbakat pada suatu bidang akan lebih mudah mempelajari sesuatu hal itu daripada mereka yang belajar melakukannya tanpa bakat.

Meski begitu ini tidak berarti bahwa orang yang berbakat langsung hebat jago dalam hal tersebut sejak lahir. Saya menggunakan kata “mempelajari” di atas sebab memang bakat itu hanya berupa benih/potensi kemampuan pada suatu bidang. Untuk menjadi bisa dan terampil dalam hal tersebut orang harus tetap belajar dan berlatih. Tak peduli apakah ia berbakat atau tidak. Kelebihannya bakat adalah semata ia membuat kita belajar dengan lebih mudah pada bidang yang bersangkutan.

Ini mungkin terjadi sebab sel-sel syaraf dalam otak kita, somehow, terhubung satu sama lain lebih cepat pada bidang bakat itu daripada bidang lainnya. Kita tahu sains telah membuktikan bahwa setiap harinya sel-sel syaraf dari otak kita terhubung satu sama lain ketika kita mempelajari sesuatu hal yang baru. Nah, bakat adalah ketika sel-sel itu terhubung sejak kita lahir. Itulah mengapa kita punya potensi berbakat pada bidang yang bersangkutan. (Mudah-mudahan penjelasannya tidak njelimet, sehingga anda bisa paham maksud saya.)

Tapi sekali lagi itu hanya potensi. Ia tidak akan membantu anda menjadi sukses, sampai anda mengembangkannya. Melalui latihan dan proses belajar yang tak mengenal lelah.

Rama Royani menggambarkan, kita lahir dengan akal. Tapi akal hanyalah potensi bukan kekuatan. Akal baru akan menjadi kekuatan ketika ia bermanfaat untuk diri kita maupun orang lain. Dan ini hanya bisa dicapai dengan belajar dan melatih pikiran kita untuk berpikir kreatif.

Sebaliknya kita lahir dengan keterbatasan misalnya bahwa kita “tidak bisa terbang.” Ini hanyalah keterbatasan bukan kelemahan. Nanti “tidak bisa terbang” ini akan jadi kelemahan ketika kita membandingkan diri kita dengan burung. Tapi selama kita fine-fine aja dengan kehidupan kita sebagai manusia, maka tidak bisa terbang bukanlah menjadi kelemahan.

Melatih Bakat Menjadi Kekuatan Yang Menguntungkan

Jadi skill dan bakat itu berbeda. Bakat tidak bisa membantu kita meraih sukses. Skill-lah yang akan membantu anda.

Bakat bahkan akan membuat anda gagal. Kalau tidak anda kembangkan menjadi skill.” Demikian ungkap Will Smith, Aktor pemeran The Pursuit of Happyness.

Mengapa bakat bisa membuat kita gagal? Sebab bisa jadi kita akan terperangkap dalam “talented trap.” Dimana kita menganggap diri kita demikian berbakat, sehingga enggan bagi kita untuk belajar dari orang lain. Inilah yang akan membuat kita gagal.

Pertanyaannya, bagaimana mengembangkan benih/potensi bakat yang ada dalam diri kita agar menjadi kekuatan? Dan pada akhirnya bisa bermanfaat untuk kehidupan kita?

Sekali lagi. Tidak ada cara lain selain belajar dan berlatih yang berkepanjangan tanpa mengenal lelah. Dan sekali lagi, hukum 10.000 jam yang dilontarkan penulis Malcolm Gladwell berbunyi. Bahwa untuk menjadi yang terbaik di kita punya bidang, kita harus melakukan bidang tersebut selama 10.000 jam.

Hukum 10.000 Jam - Malcolm Gladwell

Kerja keras? Ya! Kunci kesuksesan tidak ada selain itu. Kerja keras yang terarah. Pada tulisan tentang Kecerdasan Emosional dan Spiritual sebelumnya, saya menceritakan kisah Chris Langan, yang meski ber-IQ 195 (30% lebih tinggi dari Einstein) namun sepanjang hidupnya ia hanya menjadi petani, yang tidur di kandang peternakan kuda. Mengapa? Sebab ia tidak pernah mengembangkan bakat kecerdasan yang dimilikinya.

Jadi untuk mengubah bakat menjadi keterampilan (skill) yang menguntungkan, tidak ada cara lain selain kerja keras berupa latihan dan belajar mengembangkan pengetahuan kita pada bidang bakat tersebut. Hingga 10.000 jam lamanya.

Ketika Cinta Bicara Bakat…

10.000 jam nampaknya adalah waktu yang unik. Sebab kelihatannya sangat banyak. Namun sebenarnya tidak juga.

Sebab jika anda bekerja 8 jam sehari dan 5 hari seminggu. Maka waktu 10.000 jam itu bisa anda capai selama kurang lebih 5 setengah tahun. Ini kelihatannya masih bisa dicapai. Sebab sebagian dari kita mungkin sudah bekerja di perusahaan tempat kita bekerja lebih lama lagi.

Nah pertanyaannya, tapi mengapa orang yang bekerja sekian lama itu belum juga menjadi sukses?

Jawabannya mungkin cuma satu. Dan satu hal inilah yang membedakan seseorang yang sukses dengan mereka yang tenggelam dalam sembilu dunia mediocre. Satu hal ini adalah… Cinta!

Ya, apakah ada cinta dalam pekerjaan kita? Apakah kita berangkat ke tempat kerja setiap harinya dengan penuh perasaan bahagia, semangat dan antusiasme? Atau malah berjalan sempoyongan ke tempat kerja hanya karena kita harus menjalani rutinitas pekerjaan belaka?

Cinta adalah yang membedakan segalanya. Cinta yang kita hadiahkan terhadap pekerjaan kita adalah yang menentukan akan seberapa sukses pekerjaan itu memberikan hasil. Tegasnya, apakah kita mencintai pekerjaan kita atau tidak?

Kebanyakan orang tidak benar-benar menaruh cinta yang besar terhadap pekerjaannya. Semuanya dilakukan hanya demi hal “rutinitas”. Sehingga pekerjaan bukannya menjadi ajang untuk mengeluarkan kemampuan terbaik, tapi malah menjadi beban yang setiap hari semakin menjemukan.

Untuk sukses anda butuh 10.000 jam melakukan bidang yang menjadi bakat anda. Tapi kalau anda tidak sertakan cinta yang besar di sana, maka hanya akan ada 2 kemungkinan hasilnya:
  1. Anda akan menyerah
  2. Anda melakukannya setengah-setengah.
Di lain sisi, jika sekarang anda ingin benar-benar memilih untuk mengembangkan bakat anda. Hingga menjadi kekuatan yang menguntungkan, bukan hanya anda perlu berjuang menaklukkan 10.000 jam terbang. Tapi juga anda akan menghadapi tantangan-tantangan yang jauh lebih “maut”.

Jadi jika anda tidak mencintai apa yang anda lakukan. Dan anda tidak tidak bahagia melakukannya.” Ungkap Mendiang Steve Jobs, “Maka anda akan give up.”

Mencari Tahu Bakat Anda!

Sekarang mari kita lanjut ke poin paling pentingnya. Bagaimana menemukan bakat anda?

Sejak 500 tahun sebelum masehi, para pakar human behavior (prilaku manusia), telah mencoba membagi manusia ke dalam beberapa tipe. Mulai dari yang paling klasik seperti Empedocles yang berdasar pada 4 elemen air, api, tanah, dan angin. Sampai ke tingkat yang jauh lebih modern seperti Personality Plus yang membedakan 4 jenis temperamen manusia yakni, Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis.

Sejak saat itu ilmu psikologi terus berkembang guna untuk membantu manusia meningkatkan kemampuan dasar dalam dirinya. Berbagai klasifikasi pun diciptakan.

Salah satu yang paling menarik bagi saya (dan saya senang sekali menggunakan ini sebagai rujukan), adalah hasil karya Prof. Howard Gardner, yang menguak 8 jenis kecerdasan manusia. 8 jenis kecerdasan inilah yang nampaknya sangat relevan untuk membantu orang-orang dalam mencari tahu potensi bakat yang dimilikinya.

8 jenis kecerdasan manusia menurut Howard Gardner, adalah sebagai berikut:
  1. Kecerdasan linguistik: Kemampuan berbahasa, berbicara, membaca, menulis dan lain sebagainya.
  2. Kecerdasan Matematis: Kemampuan mengelola angka, menghitung, menganalisa, dan lan sebagainya.
  3. Kecerdasan Spasial: Kemampuan melihat gambar, menata ruang, dekorasi, dan sejenisnya.
  4. Kecerdasan Kinestetik: Kemampuan berolahraga, menari, dan segala hal yang terkait tangan dan gerakan.
  5. Kecerdasan Musikal: Terkait musik, lagu dan suara.
  6. Kecerdasan Interpersonal: Kemampuan memahami orang lain, negosiasi, komunikasi, dll.
  7. Kecerdasan Intrapersonal: Sangat baik dalam memahami diri sendiri. 
  8. Kecerdasan Naturalis: Kemampuan terhubung dengan alam, bergaul dengan binatang, biologi dan lain sebagainya.
8 Jenis Kecerdasan - Howard Gardner

Inilah 8 jenis kecerdasan yang diutarakan oleh Prof. Howard Gardner. Dari sini, kita tentu sudah bisa paham, mana yang paling dekat dengan diri kita. Itulah potensi bakat kita. Ingat, bahwa bakat adalah potensi. Anda tidak harus langsung hebat dalam bidang matematika untuk termasuk ke dalam kecerdasan matematis. Tapi ketika anda tertarik atau secara cepat mampu memahami pelajaran matematika sewaktu kecil, maka itu salah satu tanda bibit bakat anda pada bidang tersebut. Demikian halnya dengan jenis kecerdasan lainnya.

Yang unik adalah, bahwa berbeda dengan yang lainnya, Prof. Gardner menggunakan istilah kecerdasan. Yang mengindikasikan bahwa bakat bukanlah sesuatu yang langsung anda kuasai. Tapi sesuatu yang benih impuls otak (kecerdasan) yang untuk mengembangkannya harus dengan pembelajaran dan latihan.

Pengalaman-pengalaman Bakat

Ketika sekolah dasar hingga menengah, saya adalah orang yang sangat bodoh dalam pelajaran hitung-hitungan. Saya dibenci oleh semua guru mata pelajaran itu. Ketika SMP, guru fisika mengatakan saya anak TK. Saya dilempari penghapus papan tulis oleh guru ekonomi. Dan tak satupun guru matematika yang suka dengan saya.

Pernah suatu ketika pada pelajaran Matematika waktu SMA, saya terlambat masuk kelas. Guru matematika killer itu marah bukan main. Dan Anda tahu apa yang terjadi? Sepanjang pelajaran ia hanya sibuk mengomel dan lupa mengajar.

Tapi apa yang terjadi pada pelajaran bahasa? Bisa dipastikan saya menjadi murid kesayangan semua guru bahasa inggris. Saya menang dalam berbagai lomba debat dan pidato membawa nama sekolah. Puisi saya dianggap yang terbaik oleh guru Bahasa Indonesia saya yang sangat keren waktu itu. Sering kali menjadi moderator terbaik jika ada kelas diskusi. Di kelas drama I’m the King!

Itulah pengalaman-pengalaman bakat yang terjadi pada saya. Tanda-tanda bakat sudah terlihat semenjak usia kanak-kanak. Jelas saya punya jenis kecerdasan linguistik yang baik. Itulah benih bakat saya. Itulah yang pada akhirnya membuat saya memilih jalur menjadi penulis, pembicara, pemikir dan sejenisnya.

Saya tahu jika saya paksakan menjadi banker, maka pasti sulit bagi saya untuk bertumbuh. Because I don’t have that kind of smart there.

Tipe kecerdasan itulah yang lebih mudah untuk dikembangkan menjadi kekuatan yang menguntungkan daripada bidang-bidang lainnya.

Nah, cobalah anda ingat-ingat pengalaman-pengalaman bakat dalam hidup anda. Kaitkan dengan 8 jenis kecerdasan di atas. Kemungkinan besar anda akan tahu apa yang benar-benar menjadi bidang anda.

Jika anda kesulitan, ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
  • Apa prestasi anda yang paling membanggakan di masa lalu?
  • Apa kelebihan anda dibanding teman-teman anda masa kecil?
  • Tanyakan pada orang-orang yang paling mengenal anda, apa kelebihan utama anda selama ini?
  • Ketika sekolah, mata pelajaran apa yang paling anda kuasai?
  • Selama ini pekerjaan apa yang menurut anda paling anda jago dan bisa diandalkan?

Mengapa Anda Ingin Mencari Tahu Bakat Anda?

Sebelum semuanya berakhir, ijinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan sederhana.

Why you want to look for your talent? Kenapa anda ingin konsen pada bakat anda?

I bet the answer is, karena anda ingin meraih kesuksesan yang lebih baik. Atau karena anda ingin menjadi yang terbaik di bidang anda.

Sebab jika anda hanya ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja, yang puas dengan kehidupan apa adanya, yang mengalir mengikuti arus meski ke comberan pun tak apa-apa, maka anda tidak butuh tahu bakat anda.

Tapi, anda ingin menjadi yang terbaik. Dan anda ingin menjalani hidup yang terbaik yang anda inginkan. Ketika bicara tentang menjadi yang terbaik, maka kita bicara tentang memberikan manfaat terbaik kepada orang lain. (kepada orang-orang yang kita layani. Yang menjadi target market kita).

Untuk menjadi yang terbaik. Anda harus melakukan yang terbaik. Belajar dari yang terbaik. Memberikan yang terbaik yang anda bisa.

Untuk itu bakat dan skill saja tidak cukup dalam hidup ini. Selanjutnya adalah kita harus arahkan itu kita punya bakat, agar ia bukan hanya menguntungkan kita tapi juga menguntungkan orang lain. Hal ini membutuhkan komitmen yang sekokoh gunung dari dalam diri kita. Sebuah “commitment to excellence.

Dan nampaknya hal ini jauh lebih penting daripada bakat itu sendiri.

Kesimpulan

Bakat dan Passion

Bakat adalah suatu benih potensi yang kita bawah sejak lahir. Namun ia hanyalah potensi semata. Bakat baru akan menjadi potensi ketika ia dilatih dan dikembangkan melalui proses belajar yang berkepanjangan.

Dan tepat pada titik itulah, kita butuh apa yang disebut dengan “Passion.” Gairah, antusiasme dan kecintaan dalam melakukan apa yang kita senangi. Namun untungnya, Tuhan demikian baik. Beriringan dengan bakat itu, Tuhan juga selalu menyelipkan passion di dalamnya. Bisa dipastikan bahwa ketika kita menguasai sesuatu, kita juga mencintai sesuatu itu.

Karena jika tidak ada passion di dalamnya, maka bakat itu tidak akan ada gunanya. Sebab sebagaimana pesan Emerson, bahwa, “Nothing great ever achieved without enthusiasm.” Hanya dengan passion, bakat menjadi bernilai.

Do what you love and the money will follow.” Demikian judul buku Marsha Shinatar yang demikian popolernya.

Dan tepat ketika Greatness itu sudah kita capai, money sudah follow kita punya bakat, maka komitmen untuk memberikan manfaat kepada orang lain akan menjadi suatu keniscayaan.

Demikian, mudah-mudahan tulisan sederhana ini bisa membantu teman-teman dalam menemukan bakat tersembunyi yang ada dalam diri masing-masing. Sehingga apa yang menjadi tujuan kita bisa tercapai. Amin!

0 komentar:

Post a Comment