Dalam buku Why We Want You To Be Rich, Donald Trumph dan Kiyosaki, menyatakan bahwa masyarakat kelas menengah akan semakin habis. Dan hanya akan menyisahkan kelas atas dan kelas bawah. Munkin ini berlaku di Amerika. Namun faktanya, di Indonesia tidaklah demikian. Beberapa tahun belakangan dan beberapa tahun ke depan, para pakar justru memprediksi akan adanya lonjakan masyarakat kelas menengah. Dan kalau kita pikir secara logika memang demikianlah keadaannya.
Ada dua faktor yang bisa mempengaruhi kondisi tersebut. Pertama, kemudahan mengakses internet. Anda bisa mencari informasi apa saja kapan saja melalui smartphone anda. Yang kedua adalah faktor budaya berpikir kelas menengah.
Ada pemahaman kontradiktif di masyarakat yang meyakini bahwa hidup itu sudah ditentukan dari sananya. Pola pikirannya kurang lebih ya kalau miskin, miskin aja. Namun dilain pihak, mereka juga tahu sebuah prinsip sederhana dari pelajaran agama bahwa Tuhan enggan mengubah keadaan seseorang, sebelum orang itu yang mengubah keadaannya sendiri. Artinya sebenarnya, semua orang punya kesempatan untuk mengubah jalan hidupnya masing-masing. Termasuk anda.
Pertanyaannya kenapa banyak orang sampai berpikir tragis bahwa hidup memang sudah digariskan Tuhan dari lahir. Padahal jelas sekali tidak ada satupun firman Tuhan yang mengatakan demikian. Firman Utina pun tidak. Hehe. Jawabannya tak lain adalah karena kesalahan pola pikir. Saya tidak tahu darimana keyakinan salah itu pertama kali bercokol, tapi ini sudah menjadi semacam budaya yang merekat dan melekat sangat kuat di tengah-tengah masyarakat.
Mungkin banyak orang yang berpikir demikian lantaran, secara sepintas, kelihatannya kita tidak mampu untuk mengubah hidup kita begitu saja. Atau karena kebanyakan orang tidak punya gambaran sama sekali bahwa setiap orang punya hak yang sama untuk hidup bahagia dan sukses. Apapun latar belakangnya, keyakinan macam itu akhirnya membentuk mentalitas miskin, susah dan serba terbatas.
Dan mentalitas inilah yang menentukan hidup kita.
Inilah jawabannya. Bagaimana mentalitas kita, begitulah hidup kita. Menurut KBBI, mentalitas adalah keadaan dan aktivitas jiwa (batin), cara berpikir, dan berperasaan. Dan kali ini saya setuju dengan KBBI. Mentalitas terbentuk melalui pikiran yang bercampur perasaan (emosi) sehingga itulah yang membentuk kondisi jiwa dan batin kita. Pun akhirnya membentuk hidup kita.
Perlu diketahui bahwa segala sesuatu di jagad semesta ini memancarkan energi. Termasuk diri kita. Dan ternyata diri kitalah (manusia) yang memancarkan energi paling tinggi dari semua benda yang ada. Dijelaskan oleh Bob Proctor, seorang pengajar dan filsuf, bahwa jika anda melihat di bawah mikroskop, maka anda akan lihat energi tubuh anda seperti menari-nari.
Energi kita inilah yang terpancar ke semesta. Dan melalui hukum-hukum tertentu, energi itulah yang menarik dan membentuk kehidupan kita. Energi ini pula yang terpancar dan terkirim sebagai doa dari kita untuk Tuhan.
Dan jika anda perhatikan arti kata mentalitas; pikiran, perasaan dan kondisi jiwa, nampaknya itu sangat identik dengan kata “prasangka.” Prasangka pun adalah kondisi pikiran, perasaan dan jiwa kita, yang kemudian menghasilkan “harapan.” Harapan itu sendiri bisa positif, bisa negatif tergantung dari cara berpikir kita. Jadi bisa dikatakan, mentalitas membentuk prasangka kita. Dan bukankah Tuhan menyatakan bahwa Ia sesuai dengan prasangka hamba-Nya?
Jadi, jika kita ingin mengubah hidup? Yang pertama harus kita ubah adalah mentalitas kita. Cara kita berpikir dan berperasaan terhadap sesuatu. Banyak buku dan pakar yang mengedepankan tentang mindset, seperti buku yang berjudul Change Your Mindset, Change Your Life karangan Dr. Carol Dweck. Pada dasarnya memang benar. Namun mindset sendiri hanyalah bagian kecil dari mentalitas. Mindset hanya berfokus pada cara kita berpikir. Tapi mentalitas juga bicara tentang cara kita berperasaan. Yakni emosi apa yang menyertai pikiran kita. Emosi inilah yang sangat penting dalam menciptakan kehidupan seseorang.
Ketika anda mengubah mentalitas, maka pasti Anda mengubah hidup anda. Anda bisa saja mengubah mindset anda, tapi jika mindset itu tidak disertai dengan emosi positif, maka hasilnya pun akan percuma.
Mentalitas adalah cara anda hidup. Kehidupan tergantung pada cara anda hidup. Apalagi penghidupan (baca; nafkah) pun tergantung pada cara anda hidup. Hidup anda bukanlah harta, rezeki atau jabatan. Itu adalah urusan Tuhan. Ketika DIA katakan “Aku tidak mengubah nasib seseorang, jika ia tidak mengubah kondisinya sendiri.” Maka yang dimaksud Tuhan adalah IA tidak akan memberi rezeki, nafkah, dan lain-lain sebelum orang itu mengubah hidupnya sendiri. Artinya orang itu mengubah caranya menjalani hidup.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Pada tulisan berikutnya saya akan menulis tentang bagaimana mengubah mentalitas kita. Jadi jangan sampai ketinggalan. berlanggananlah newsletter untuk agar update artikel terbaru langsung terkirim ke email anda...
0 komentar:
Post a Comment