Inilah Faktor Lain Yang Juga Menentukan Kesuksesan Seseorang!

By // No comments:
Sukses itu sederhana, anda hanya perlu melakukan apa yang benar, dengan cara yang benar dan pada waktu yang benar.” Begitu kata seorang tokoh bernama Arnold H. Glasow.

Namun untuk mengetahui hal yang benar itu, serta cara dan waktu yang benar untuk melakukannya itu, di sanalah kita butuh proses panjang. Mungkin kita akan melakukan kesalahan hingga mengalami kegagalan. Namun jiga kita terus bangkit, dan gigih untuk berjuang, maka kita akan menemukan cara yang benar tersebut.

Itulah gambaran umum tentang bagaimana seseorang bisa mencapai kesuksesan. Namun diluar itu ternyata ada hal yang juga tidak kalah menentukannya. Yakni, kondisi yang menguntungkan.

Kesempatan: Faktor Lain KesuksesanPara ilmuwan sociologist menyebutnya dengan istilah, “Collective advantages.

Tidak bisa dipungkiri, orang-orang yang berada di puncak kesuksesan, pasti memiliki sesuatu yang memungkinkan ia meraih sukses. Karena adanya kondisi yang mendukung, lingkungan yang menunjang, budaya, serta kesempatan yang baik yang memungkinkan ia meraih kesuksesan.

Tidak bisa dipungkiri, peluang untuk sukses lebih terbuka di negara kita Indonesia, jika dibandingkan dengan mereka yang di Libanon, palestina, afganistan.

Baca Juga: Apa yang saya Pelajari Dari Kegagalan Dan Bagaimana Mengubahnya Menjadi Peluang Keberhasilan

Jadi disamping bakat, passion, dan kerja keras kita juga butuh sesuatu diluar diri kita. Yakni kesempatan, dukungan dan hal-hal lainnya.

Apa yang membuat sebuah pohon tertinggi dalam sebuah hutan bisa lebih tinggi dari yang lainnya? Dalam ilmu biologi kita mengenal istilah “ekologi.” Sebuah pohon tertinggi bisa menjadi demikian tinggi, bukan hanya karena ia tubuh dari benih terbaik, tapi juga karena tidak ada pohon lain yang menghalangi sinar matahari kepadanya. Tidak ada kelinci atau hewan lain yang memakan bijinya. Tidak ada penebang pohon yang membunuhnya. Dengan kata lain, lingkungan benar-benar mendukungnya.

Begitulah Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers, mengilustrasikan tentang pentingnya sebuah kesempatan dalam menentukan hidup sukses seseorang. Para atlit hockey terbaik, para pemain bola terhebat, ditemukan bibitnya dari kecil kemudian diberikan kesempatan pelatihan terbaik, dengan sistem pendidikan terbaik, dan segala fasilitas terbaik. Sehingga mereka mencapai posisi puncak.

Begitulah faktor yang menentukan keberhasilan seseorang. Adanya kesempatan, serta dukungan, serta kondisi yang menunjang akan sangat menentukan.

Apa artinya ini semua bagi diri kita?

Ada banyak hal.

Pertama jika anda mendapati diri anda punya potensi dan benih bakat luar biasa dalam suatu bidang, penting untuk segera mencari peluang dan kesempatan untuk mengembangkan bakat tersebut hingga level terbaik.

Yang kedua, jika kita tidak memiliki keberuntungan yang seperti itu, misalnya karena kita tinggal di pelosok kampung yang sangat terpencil, maka tidak perlu bersedih hati. Menurut saya, meski Malcolm Gladwell menunjukkan berbagai riset dan penelitian yang membuktikan faktor kesempatan, namun Tuhan selalu adil. Untuk setiap kekurangan ada sesuatu hal lain yang dilebihkan. Begitupun sebaliknya.

Yang perlu kita sadari adalah jenis keuntungan dan kesempatan seperti apa yang Tuhan anugerahkan kepada Kita. Jika anda membaca biografi orang-orang sukses, benang merahnya selalu sama. Mereka kondisi yang menyedihkan, kemudian berjuang dan bekerja keras hingga mereka meraih keberhasilan.

Malcolm Gladwell menyiratkan, itu tidaklah sesederhana itu. Ada faktor lain yang menentukan kesuksesan mereka. Faktor kesempatan atau apapun yang mendukungnya.

Ya… memang benar.

Tapi kabar baiknya, kita semua punya faktor pendukung menuju sukses. Chairul Tanjung mungkin memang berasal dari anak singkong. Orang miskin. Tapi ada hal lain yang mendukungnya, misalnya nasehat petuah dan doa dari ibunda beliau. Begitupun dengan para tokoh-tokoh lain. Selalu ada yang mendukung.

Ya memang benar. Selalu ada faktor pendukung. Sesuatu kekuatan yang berasal dari luar diri kita yang sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan kita. Misalnya, Sandiaga Uno salah satu pengusaha terkaya Indonesia. Dia punya faktor pendukung yang mengangkat dan mengungkitnya hingga sesukses sekarang. Yakni kesempatan bertemu dan berguru kepada Bos Astra Group, William Suryadjaja.

Tapi ada 2 hal yang ingi saya katakan.

  1. Bahwa sebenarnya kita selalu punya faktor penunjang itu kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi seperti apapun. Kita hanya perlu membuka mata lebar-lebar, dan begitu ketemu kita harus bersyukur dan bersyukur dan bersyukur. Sikap syukur ini adalah kunci dari kebahagiaan, sehingga itu ia juga adalah kunci kesuksesan.
  2. Kondisi penunjang itu hanya bisa muncul dan berguna ketika kita ingin berubah. Ada keinginan dari dalam diri kita untuk bangkit. Ada dorongan dari dalam diri sendiri. Baru kemudian faktor pendukung itu muncul.

(saya sendiri tidak setuju jika ada orang yang mengatakan dirinya sebagai self-made man. Atau one man show. Jeb Bush selalu merasa terganggu dengan domplengan nama Bush di belakang namanya. Karena itu ia selalu mengatakan dirinya sebagai “self-made man”.)

Pelajaran ketiga menurut saya adalah terkait dengan peran kita sebagai orang tua. Sebagai orang tua, kita adalah faktor penunjang dan pendukung paling utama bagi kehidupan dan kesuksesan anak-anak kita. Sangat penting untuk kita meberikan fasilitas dan dukung terbaik untuk menumbuhkan kesuksesan anak. Kita sekolahkan pada sekolah terbaik, kita kembangkan bakatnya dengan les dan kursus terbaik.

Tulisan kali ini memang saya buat terkait dengan buku Malcolm gladwell yang saya baca saat ini yaitu outliers. Secara umum, buku ini sangat-sangat menarik dan outstanding. Gladwell men-deliver banyak sekali kejutan-kejutan luar biasa. Serta semua orang yang pernah membaca buku ini, pasti akan mengatakan buku ini mengubah cara kita memandang kesuksesan.

Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk anda baca!

Image Source: Nature.com

5 Penyebab Utama Orang Tidak Percaya Diri Serta Bagaimana Mengatasinya

By // No comments:
Kalau banyak artikel di luar sana menjelaskan bagaimana caranya meningkatkan kepercayaan diri, artikel saya kali ini ingin mengulik mengenai apa penyebab seseorang tidak percaya diri, kemudian kita mengatasi masalah kepercayaan diri kita berdasarkan penyebab tersebut.

Karena, masalah kepercayaan diri bisa beda-beda penyebabnya dan kondisinya bagi masing-masing orang. Kebanyakan artikel diluaran sana, hanya menuliskan langkah jitu meningkatkan kepercayaan diri secara umum sesuai dengan pengalamannya pribadi. Sehingga masalahnya, mungkin hal itu berlaku bagi dirinya dan sebagian orang lain, namun tidak berlaku bagi sebagian lainnya. Karena penyebabnya berbeda-beda bagi setiap orang.

Kepercayaan diri

Nah, agar bisa mengatasi permasalahan kepercayaan diri kita sampai ke akar-akarnya, terlebih dahulu kita kudu tahu apa penyebab diri kita tidak punya kepercayaan diri. Sehingga kita menjadi tahu langkah apa selanjutnya yang perlu kita lakukan untuk mengatasinya.

Jika anda mengalami permasalahan kepercayaan diri, coba perhatikan poin-poin berikut yang akan saya sampaikan. Yang manakah kira-kira yang menjadi masalah dan kondisi anda? Kemudian ikutilah solusi dari setiap masalah yang ada. Mudah-mudahan bisa membantu.

Berikut beberapa penyebab mengapa orang tidak percaya diri…

1. Tidak memegang kendali
Hal paling banyak dialami orang yang membuatnya tidak percaya diri adalah perasaan tidak memegang kendali. Contohnya ketika kita berada di suatu tempat yang tidak kita kenal sebelumnya, atau kita mendapatkan pekerjaan yang sama sekali tidak kita ketahui, atau ketika berkenalan dengan orang-orang baru.

Kebalikannya, kita akan sangat percaya diri ketika kita berada pada kondisi dimana kita memegang kendali. Atau kita sudah paham betul dengan keadaan itu. Misalnya dalam hal pekerjaan, kita benar-benar sudah ahli dengan pekerjaan kita, maka kita akan sangat percaya diri.

Ingatkah anda ketika pertama kali masuk kampus? Atau pertama kali masuk kerja? Kebanyakan kita tidak percaya diri.

Hal ini terjadi karena kita tidak punya gambaran di kepala kita mengenai apa yang sedang kita hadapi. Bagaimana kita akan melakukannya. Dan apa yang akan terjadi jika kita salah mengambil langkah. Hal-hal semacam ini yang tidak kita kenal, membuat kita merasa tidak bisa memegang kendali atas situasi.

Solusinya:
Salah satu solusi yang bisa anda lakukan untuk menghadapi situasi semacam ini adalah dengan visualisasi. Yaitu dengan membayangkan kira-kira seperti apa kondisinya. Bahkan kemungkinan terburuk sekalipun.

Gunakanlah prinsip “jika… maka…” dalam visualisasi anda.

Misalnya hari pertama anda ospek, anda bisa membayangkan kira-kira bagaimana kondisinya nanti. Apa kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Katakanlah kondisi terburuknya adalah kita dikerjain senior kemudian di suruh menyanyi di depan orang banyak. Padahal kita tidak bisa menyanyi. Maka ini akan membuat kita semakin kehilangan kepercayaan diri. Sebab menyanyi adalah salah satu kegiatan dimana kita tidak memegang kendali. Namun dilain pihak, kita tahu bahwa diri kita jago dalam hal baca puisi misalnya.

Untuk mengatasinya kemudian kita gunakan prinsip “jika… maka…” yakni misalnya dengan mengatakan, “Jika saya dikerjain senior dan disuruh menyanyi, maka saya akan meminta senior untuk mengganti hukumannya dari bernyanyi menjadi membaca puisi.

Prinsip “jika… maka…” ini akan sangat membantu kita untuk menghadapi kondisi-kondisi dimana kita tidak memegang kendali.

Cara lain yang bisa anda lakukan adalah dengan mendahului kondisi tersebut. Misalnya jika anda ingin mengikuti tes wawancara kerja di perusahaan baru. Dan ini membuat anda tidak percaya diri. Maka untuk mengatasinya bisa anda atasi dengan datang lebih awal untuk bisa melihat-lihat kondisi perusahaan, atau bertanya-tanya kepada karyawan di perusahaan itu. Atau bahkan bisa anda lakukan dengan datang sehari sebelumnya.

Atau misalnya kondisinya anda sedang mempersiapkan untuk menyatakan cinta pada wanita pujaan anda. Dan ini membuat anda tidak percaya diri. Solusinya adalah anda datang ketempat itu lebih awal, persiapkan segala sesuatunya. Dan latihan yang matang.

Itulah cara yang bisa anda lakukan untuk mengatasi perasaan tidak memegang kendali pada suatu keadaan sehingga membuat anda tidak percaya diri. Tentu contoh-contoh yang disampaikan di sini tidak bisa mencakup masalah anda secara keseluruhan, tapi prinsipnya tetap bisa anda praktekkan. Untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri.

2. Kebiasaan Membohongi Diri Sendiri
Hal lain yang membuat orang tidak percaya diri adalah karena mereka membohongi diri sendiri. Mengatakan sesuatu yang tidak dilakukannya. Misalnya ketika seseorang mengatakan, “Besok saya akan berpuasa.” Tapi dalam hatinya ia tahu bahwa besok ia tidak berpuasa. Dan dari pengalaman yang sudah-sudah, dia pun tidak berpuasa. Sehingga dalam mengatakan hal tersebut, apakah ia akan percaya diri? Tentu tidak!

Karena kita terlalu banyak membohongi diri sendiri, sehingga membuat kita tidak mempercayai diri kita sendiri.

Sama halnya ketika seseorang melakukan sesuatu yang salah. Kemudian dia mencoba berbohong. Maka pasti tidak akan percaya diri. Nah, inilah yang terjadi pada kebanyakan penjahat. Kebanyakan mereka tertangkap polisi, bukan karena polisinya yang demikian hebat. Tapi karena sikap si penjahat itu sendiri. Karena dia tahu bahwa dia salah, maka dia tidak percaya diri. Karena tidak percaya diri, maka sikapnya mencurigakan.

Atau contoh lainnya, pengendara yang tidak membawa kelengkapan surat-surat. Kenapa bisa ketahuan polisi? Bukan karena polisinya punya ilmu ghaib, tapi karena sikap pengendara itu sendiri. Dia tidak percaya diri, sehingga polisi pun tahu bahwa dia pasti melakukan kesalahan.

Solusinya:
Dalam kondisi ini, hanya ada 2 pilihan solusi. Pertama, jangan mengatakan apa yang tidak anda lakukan. Yang kedua, yang lebih baik, jangan membohongi diri sendiri. Jika sudah berjanji dan berkomitmen terhadap diri sendiri maka lakukanlah. Jika sudah tahu sesuatu itu salah, maka jangan dilakukan.

3. Berfokus Pada Kekurangan
Kebiasaan mental yang selalu melihat kekurangan dari segala hal membuat seseorang pasti runtuh kepercayaan dirinya. Kita tidak lagi bisa menghargai diri kita sebab kita tidak bisa melihat hal baik atau kelebihan dalam diri kita. Padahal, selalu ada dua sisi dari segala hal. Sisi positif dan negatif.

Solusinya:
Bersyukur! Syukuri diri anda apa adanya. Selalu paksa diri anda untuk melihat hal-hal positif. Jangan hanya melihat hal negatif semata.

Baca Juga: Pengembangan Diri, Meningkatkan Kekuatan atau Memperbaiki Kekurangan

4. Tidak ada pengembangan diri
Hal lain yang paling banyak membuat orang lain tidak percaya diri adalah karena tidak melakukan pengembangan diri. Hidup yang stagnan, begitu-begitu saja, dan tidak ada peningkatan kualitas hidup. Hal ini lama-lama akan membuat kita stress. Dan pada akhirnya akan menggoyahkan kepercayaan diri kita.

Sebaliknya, melihat diri kita bertumbuh akan melejitkan kita punya kepercayaan diri. Kita akan menghargai diri kita semakin mahal dan semakin mahal. Ini sangat terkait dengan poin nomor 3 diatas.

Solusinya:
Alih-alih berfokus pada kelemahan terus-terusan, pilihlah untuk meningkatkan kekuatan diri kita. Lakukan proses pengembangan diri agar menjadi semakin positif. Ingatlah, hadist nabi Muhammad bahwa orang yang beruntung adalah mereka yang hari ini selalu lebih baik dari hari kemarin. Jika lebih buruk atau sama saja, maka kita termasuk golongan orang yang celaka dan merugi.

Tentukanlah tujuan dan arah hidup yang jelas. Kemana anda ingin bawa hidup anda. Dan apa yang harus anda lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ingat, lakukanlah apa yang sudah anda janjikan. Jangan membohongi diri sendiri.

5. Trauma Kegagalan
Hal lain yang juga banyak membuat orang tidak percaya diri adalah karena kegagalan yang dialami di masa lalu. Orang yang tadinya punya segalanya, kemudian bangkrut dan kehilangan semua yang dimilikinya, bisa sangat drastis kehilangan kepercayaan dirinya.

Sayapun mengalami hal ini. Dan trauma akan kegagalan akan sangat berbekas dalam diri kita. Menghantui setiap langkah kita. Dan membuat kita takut untuk bangkit dan melangkah maju kembali.

Solusinya:
Harus diakui memang sangat sulit untuk mengalahkan trauma kegagalan ini. Baik pengalaman maupun penelitianpun mengatakan demikian. Alison Ledgerwood, seorang sosial psikolog, telah melakukan sebuah penelitian tentang bagaiman orang-orang terjebak dalam kondisi negatifitas setelah mengalami kegagalan. Dan memang menurutnya, sangat sulit bagi kita untuk bangkit dan mengubah pikiran kita menjadi positif. Tapi itu bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Meski sulit. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Kita harus bangkit. Demi impian, demi kesuksesan, dan demi orang-orang yang kita cinta dan perjuangkan.

Kita harus mulai belajar dari kegagalan. Dan mengubah kegagalan itu menjadi peluang keberhasilan. Kita kudu berani memulai dan menyusun puing-puing kehidupan kita dari awal lagi. Dan belajar dari kegagaln sebelumnya, kita sudah tahu cara yang benar untuk berhasil.

Demikianlah 5 penyebab paling dominan mengapa orang tidak percaya diri. Serta bagaimana kita mengatasi setiap masalah dengan solusi yang tepat. Sekali lagi, tidak adanya kepercayaan diri terjadi karena ada penyebabnya. Mengetahui penyebabnya adalah langkah penting, agar kita tahu bagaimana solusinya.

Semoga tulisan ringan dan renyah kali ini bisa membantu mengatasi masalah kepercayaan diri anda. Jika punya pengalaman atau saran lainnya, sudilah kiranya teman-teman untuk berbagi bersama kami semua. Tsaaah!

PS.

Bagaimana Menetapkan Tujuan Dalam Karir dan Pekerjaan Agar Sukses?

By // No comments:
Anda ingin sukses dalam karir dan pekerjaan anda? Sukses seperti apa yang anda inginkan? Apakah anda ingin menggantikan posisi kepala divisi Anda? Apakah anda ingin agar gaji anda naik 10 kali lipat dari sekarang? Apakah anda ingin diangkat sebagai pegawai tetap? Atau seperti apa?

Kebanyakan orang jika ditanya, pasti menjawab “Ya saya ingin sukses!” Tapi mereka tidak memiliki gambaran yang jelas tentang sukses itu. Satu-satunya gambaran dalam benak mereka adalah sukses berarti punya uang banyak, gajinya besar, jabatannya tinggi, bawahannya banyak, dan kerjanya cuma tanda tangan dan memberikan perintah.

Tujuan Karir | Img From: goldenicons.com
Agar sukses, anda harus benar-benar paham seperti apa sukses yang anda inginkan itu? Kalau sukses itu menurut anda gaji yang besar, tentukan besarnya itu seberapa jumlahnya? 1 juta juga besar, 10 juta juga besar, 100 juta juga besar. Kalau anda ingin punya jabatan tinggi. Tingginya sampai dimana? Manager juga tinggi, asisten manager juga tinggi, direktur juga tinggi. Nah anda yang tentukan nilainya.

Dengan kata lain anda tahu persis tujuan anda yang jelas dan pasti. Jadi prinsip pertama dalam menetapkan tujuan karir adalah kejelasan dan kepastian. 

Baca Juga: 7 Langkah Jitu Membangun Personal Branding Untuk Menyabet Pekerjaan Impian

Hal yang kedua adalah pastikan bahwa tujuan anda itu adalah benar-benar keinginan dari dalam diri anda, sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anda. Jangan ikut-ikutan orang lain. Teman anda mengejar posisi A, anda juga ikut-ikutan mengejar posisi itu. Padahal mungkin bukan itu yang anda butuhkan.

Tujuan autentik yang datang dari dalam diri anda akan memberikan dorongan motivasi yang jauh lebih kuat untuk anda. Jika hanya ikut-ikutan orang lain, mungkin untuk diawal-awal anda akan bersemangat. Tapi akan ada titik dimana anda menjadi begitu down, kemudian pada saat itu tujuan anda tidak dapat mendorong anda untuk bangkit.

Ketiga. Tetapkan tujuan yang masuk akal untuk dicapai. Misalnya posisi anda saat ini adalah staf akunting. Kalau anda langsung membidik posisi direktur atau general manager, itu namanya tidak masuk akal. Yang bijak adalah misalnya anda targetkan posisi supervisor keuangan dulu. Atau kalau tujuan anda adalah naik gaji misalnya, yang masuk akal juga. Jangan gaji anda sekarang 2.000.000 langsung ingin tembak 15 juta ya tidak masuk akal. Bertahap dulu misalnya gaji anda 2 juta tembak 4 juta atau 5 juta masih masuk akal. Baru kemudian nanti semakin meningkat dan semakin meningkat.

Baca juga: Lanjut Kuliah Untuk Para Pekerja? Kenapa Tidak!

Selanjutnya yang keempat adalah tentukan batas waktu. Ini penting. Anda harus punya target waktu berapa lama agar anda bisa mencapai target tersebut. Batas waktu ini yang akan mendorong anda berusaha lebih keras lagi. Kalau anda tetapkan target tanpa ada batas waktu, akan percuma juga sebab anda akan santai-santai saja tidak berusaha apa-apa. Jadi tetapkan jangka waktu.

Itulah 4 langkah untuk menetapkan Tujuan Karir Yang Baik. Semoga bisa membantu anda menetapkan tujuan karir anda juga. Agar anda bisa sukses dalam karir dan pekerjaan anda. Bookmark blog ini agar mudah membaca tips-tips sukses dalam karir lainnya. Atau kalau tidak mau repot bolak balik kesini berlangganan saja melalui email agar tidak ketinggalan. Klik di Sini!

7 Langkah Praktis Bagaimana menghilangkan sikap malas

By // No comments:
Masa depan orang memang tidak ada yang tahu. Tapi nasib orang malas itu mudah ditebak. Tidak akan jauh-jauh dari kesusahan, kemiskinan dan penderitaan.

Setiap orang memang pada dasarnya punya kemalasan masing-masing dalam dirinya. Ada moment-moment di mana kita tidak ingin melakukan apa dan -Seperti Bruno Mars bersenandung-, "Just wanna lay in our bed!"

Dan ini bukanlah dosa. Masih wajar. Manusiawi. Yang bikin tidak wajar adalah ketika kemalasan itu sudah menjadi habit. Kebiasaan. Apalagi kalo sudah jadi mentalitas. Gawat!

7 Langkah Praktis Bagaimana menghilangkan sikap malas?

Menunda-nunda Pekerjaan

Bentuk paling umum dari sikap malas adalah menunda-nunda pekerjaan. "Nantilah!", "Besok aja!" dan lain sebagainya.

"Betapa seringnya kata "nanti aja" itu pada akhirnya menjadi "tidak pernah sama sekali!" Ungkap Martin Luther.

Menunda-nunda pekerjaan juga bahaya. Setidaknya menunda pekerjaan bikin produktifitas terjun bebas. Walhasil, pekerjaan, karir dan bisnis pun kian nyungsep ke pojok terdalam kehidupan. Kalau sudah begini penyesalan besar-besaran di akhir, tidak akan ada faedahnya.

Orang-orang sukses, menurut Dr. Stephen Covey, punya kebiasaan menjadi proaktif. Artinya, mereka selalu sigap dan cekatan dalam mengambil tindakan. Tidak ada kata "menunda-nunda" di dalam kamus mereka. Semuanya akan dilakukan, apa yang bisa dilakukan hari ini.

"Jangan tunda besok, apa yang bisa kau lakukan hari ini!" Begitu petuah bijak masih terngiang di memori kita.

Keinginan Untuk Menang Menjadi Sang Juara

Meskin punya titik-titik kemalasan masing-masing, sejatinya, tidak ada orang yang ingin menjadi pemalas. Karena kita semua tahu bahwa malas tidak membawa manfaat apa-apa. Sementara kita manusia selalu ingin menang. Selalu ingin mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan.

Ini ilmiah. Dalam teori kebutuhan manusia ala Abraham Maslow, manusia memang punya basic need untuk selalu mengembangkan diri. Kebutuhan ini bertengger pada puncak piramida Maslow.
Dan kita khatam, bahwa kemalasan tidak bisa mengantarkan kita ke sana. Jadi kita tidak ingin menjadi orang malas. Saya sendiri belum pernah menemukan orang yang cita-citanya menjadi orang pemalas... (hehe).

Kemalasan terjadi karena ada penyebabnya. Misalnya karena kurangnya minat tertentu pada pekerjaan, atau sampai pada masalah tekhnis seperti kurang tidur atau kurang olahraga.


Nah,  pada paparan kali ini, akan coba kita kupas apa saja kiat-kiat ampuh yang bisa dilakoni dalam mengatasi sikap malas ini.

Nah, Apa saja kiat ampuh untuk menghilangkan sikap malas itu? berikut 7 tips yang bisa anda coba...

#1. Ketahui penyebab kemalasan anda

Jika memang karena kurang tidur, maka solusinya yang paling sederhana adalah tidur yang cukup. Jika memang masalahnya adalah tidak adanya minat, maka ada 2 hal yang bisa anda lakukan, yakni ganti perasaan anda atau ganti pekerjaan anda.

Nah, dalam hal ini anda perlu mengatur jadwal prioritas anda. Time and energy management adalah kuncinya. Sederhana kok, buat daftar perencanaan sederhana. Seperti yang biasa diajarkan di sekolah-sekolah. Tapi jangan terlalu fokus sama waktunya. Seperti jam sekian, melakukan ini. Jam ini melakukan itu.

Yang lebih krusial adalah pengelolaan energinya.

Dalam buku best seller-nya, The Power of Full Angagement, Tony Schwartz dan Jim Loehr, mengatakan bahwa sumber daya utama kita justru adalah energi bukan waktu. Banyak orang yang gagal dalam mengeksekusi time managemennya karena sudah kehabisan energi untuk melakukannya.

#2. Ketahui Tujuan Hidup Anda. 

Tujuan hidup benar-benar membantu kita untuk take action dan dengan begitu kita seketika meruntuhkan sikap malas. Mengetahui tujuan hidup serta kenikmatan-kenikmatan yang akan kita dapatkan di masa depan, akan mendorong kita untuk mau bertindak.

Buatlah tujuan hidup anda sejelas dan seterang mungkin. Brian Tracy mengungkapkan, kejelasan adalah KOENTJI-nya. Buatlah tujuan hidup yang sesuai dengan prinsip SMART. Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Achievable (Mungkin dicapai), Result Orientied (Berorientasi hasil), Time frame (Ada tenggat waktu).

#3. Manfaatkan 2 Motivasi Terbesar Anda. 

Menurut Tony Robbins, dalam bertindak, kita digerakkan oleh 2 motivasi utama, yakni ingin meninggalkan penderitaan dan ingin mendapatkan kenikmatan.

Penyebab utama kemalasan adalah kurangnya motivasi. Motivasi bisa kita dapatkan dengan memperjelas penderitaan seperti apa yang akan terjadi jika kita tidak action dan kenikmatan seperti apa yang akan didapat jika kita action.

Kedua sumber motivasi ini terbukti ampuh, menggenjot kita punya spirit untuk take action.

#4. Aktualisasikan diri

Lakukan hal-hal yang benar-benar anda sukai. Kalau kita benar-benar mencintai pekerjaan kita, maka tentu tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan. Jadi kuncinya adalah seberapa besar kita mencintai pekerjaan kita?

Perihal ini kebetulan saya pernah menulis di blog strategi + manajemen milik Pak Yodhia di sini

#5. Runtuhkan rasa malas dengan memulai

Rasa malas itu sebenarnya hanya ada dalam persepsi kita. Begitu kita mulai bergerak, rasa malas itu akan berjatuhan dari diri kita.

Saya merasakan betul hal ini. Bermalas-malasan, benar-benar membuat kita malas. Sebaliknya, bergerak membawa semangat baru dalam diri kita. Ketika saya menuruti kemalasan saya untuk tidak bangun pagi, pada akhirnya sepanjang hari akan menjadi tidak bersemangat dan loyo. Tapi ketika saya lawan, dan saya bergerak bangun dan bergerak, berolahraga, rasa malas itu seperti hilang begitu saja.

#6. Jangan berfokus untuk menghilangkan rasa malas

Berfokuslah untuk menjadi orang yang rajin dan disiplin. Dan banggalah menjadi orang positif yang rajin dan disiplin. Kalau perlu sampaikan kepada orang-orang sekitar anda bahwa anda adalah orang rajin dan disiplin. Ini akan membantu anda membentuk persepsi diri yang kuat sebagai orang rajin dan disiplin.

#7. Buat strategi praktis. 

Untuk menjadi orang rajin bisa kita lakukan dengan upaya-upaya konkrit yang sederhana. Misalnya berfokus untuk bangun lebih awal. Ini lebih konkrit.

Tentukanlah 2-3 kebiasaan kunci yang akan anda optimalkan untuk mengubah keseluruhan hidup anda. Buat sejelas dan sedetail mungkin. Kemudian pecah menjadi langkah-langkah praktis yang sederhana.

Misalnya, dari pada berfokus untuk menurunkan berat badan 20kg dalam sebulan, pecahlah menjadi kegiatan praktis, semisal jogging setiap pagi selama 30 menit. Dan sebagainya.

Nah, deimikianlah tips singkat tentang 7 langkah paling jitu bagaimana untuk menghilangkan rasa malas. Semoga bermanfaat untuk anda. Apakah anda punya tips tambahan yang bisa dibagi dalam menghilangkan sikap/rasa malas? Tulis di komentar ya..

Apa Yang Saya Pelajari Dari Kegagalan, Dan Bagaimana Mengubahnya Menjadi Peluang Keberhasilan

By // 2 comments:
Hari ini saya ingin cerita sedikit tentang pengalaman saya menghadapi kegagalan dalam hidup.

Awal kisahnya begini. Dulu pertama kali saya membaca buku-buku motivasi, bisnis, psikologi dan lain-lain, kepercayaan diri meningkat drastis. Dan karir pun meroket.

Ketika masalah mulai pelan-pelan mulai menghadang, perlahan-lahan semua itu menjadi hilang bak di telan bumi. Saya jatuh dalam sembilu penderitaan dan kepedihan.

Di tengah kegagalan yang memilukan ini, saya selalu berusaha untuk bangkit. Namun entah mengapa saya pun selalu gagal. Seakan nasib enggan beranjak meninggalkan titik nadir ini. Saya membaca kembali buku-buku yang dulu pernah membuat saya berubah, tapi ternyata itu tidak memberikan hasil apa-apa.

Belajar dari Kegagalan | img: blog.toggl.com
Alih-alih menjadi lebih baik, saya justru bertambah stress dan depresi. What’s going on?

Ternyata satu hal. Saya mempelajari hal-hal yang sama. Karena saya menganggap dulu saya berubah hidupnya karena buku ini. Jadi tentu buku ini juga akan membantu saya saat ini. Ternyata saya salah.

Pikiran kita maunya harus terus berkembang. Ia harus terus di-upgrade. Jika tidak maka ia akan downgrade dengan sendirinya. Pikiran yang downgrade akan sangat-sangat rentan stress. Melihat diri kita tidak bisa maju akan menurunkan kita punya kepercayaan diri. Dan ujung-ujungnya memicu dan memacu negativitas untuk bersemayam dalam diri kita.

Karena itu dibutuhkan sesuatu yang baru. Sebuah gebrakan. Sesuatu yang membuat pikiran kita mendapatkan obor yang baru. Bukan hanya mengandalkan obor lama yang perlahan-lahan sudah meredup cahayanya.

Kegagalan Bukanlah Pelajaran…

Ternyata berusaha bangkit dimana anda merasa tidak bisa bangkit, itu lebih menyakitkan daripada kegagalan itu sendiri. Kegagalan terjadi seperti bintang jatuh. Hanya sekilas saja. Dalam sekejap anda sudah berada di ekstrim yang berbeda. Dari titik zenith ke titik nadir. Dari puncak teratas, ke palung terdalam.

Namun proses untuk bangkit itulah yang butuh fighting spirit yang luar biasa. Banyak orang mengatakan kegagalan itu adalah pelajaran berharga. Well, menurut saya… Belum! Kegagalan belum menjadi pelajaran berharga. Ketika anda memutuskan untuk menerima kegagalan sebagai sebuah kenyataan dan kemudian menyerah, maka kegagalan tidaklah memberikan pelajaran apa-apa.

Kegagalan baru akan menjadi pelajaran berharga, ketika kita memutuskan untuk bangkit kembali. Sebab memutuskan untuk bangkit memaksa kita, untuk belajar dari kegagalan. Kita tidak bisa bangkit, jika kita tidak mau belajar dari kegagalan. Pun kita juga tidak akan belajar dari kegagalan ketika kita enggan untuk bangkit.

Dan tepat ketika anda ingin bangkit, tapi anda merasa tak sanggup untuk bangkit, di situlah drama lain tentang kegagalan terjadi. Dan ini lebih menyiksa daripada kegagalan itu sendiri. Mengapa ini bisa terjadi?

Kerap kali sebab pikiran kita masih terbentur pada paradigma lama. Kita tidak merubah cara pandang kita. Setidaknya ini yang terjadi pada saya. Saya masih berpikir bahwa untuk bangkit saya harus melakukan apa yang dulu pernah saya lakukan. Sayangnya pada saat yang sama, saya tidak punya sumber daya untuk melakukan itu.

Dan inilah awal dari…

…Terjadinya Sebuah Kegilaan

Ilmuwan paling berpengaruh Albert Einstein, sekali pernah berujar, “Kegilaan adalah mereka yang melakukan hal yang sama terus-menerus kemudian mengharapkan hasil yang berbeda.”

Ternyata Ini terjadi dalam diri saya. Saya bukannya belajar dari kegagalan kemudian bangkit lagi. Yang saya lakukan adalah saya mengulang-ulang terus kegagalan itu. Saya selalu ingin memulai dari awal lagi. Ketika saya gagal, maka saya akan memulai lagi segala sesuatunya dari awal. Gagal lagi, ulang lagi dari awal.

Ini kebetulan terkait dengan sifat perfeksionis yang bercokol di balik mindset saya. Alergi dengan kesalahan. Ada kesalahan sedikit, rombak total, mulai dari awal lagi. Salah lagi, ulang lagi. Begitu seterusnya sampai Tom dan Jerry baikan.

Sehingga bukannya maju, saya malah mengulang-ulang terus hasil yang sama; Kegagalan. Jadi seperti lingkaran setan. Atau seperti anjing yang mengejar-ngejar ekornya sendiri.

Kesuksesan layaknya membangun rumah. Ketika anda salah memasang satu pasak pada satu tiang, anda tidak perlu membongkar seluruh kerangka bangunan rumah untuk memulai lagi semuanya dari awal. Cukup dengan memperbaiki bagian yang salah, kemudian melanjutkan ke bagian selanjutnya. Tapi kalau anda selalu mengulang-ulang dari awal, maka rumah anda tidak akan pernah jadi.

Weleh-weleh…

The New Approaches

Mengulang-ulang kesalahan kemudian mengharapkan hasil yang berbeda jelas adalah kegilaan. Karena itu setelah belajar dari kegagalan, mutlak yang kita perlukan adalah sebuah pendekatan baru.

Kalau cara ini salah dan menyebabkan kegagalan, maka satu-satunya jalan untuk menemukan cara yang benar adalah dengan mencoba cara-cara baru. Arnold H. Glasow mewasiatkan, “Kesuksesan itu sederhana, yakni melakukan apa yang benar, dengan cara yang benar dan pada waktu yang benar.

Tapi untuk menemukan cara maupun waktu yang benar itu, butuh proses. Pada kegagalanlah kita paham bahwa cara kita salah. Dan kemudian kebangkitan menggunakan cara-cara baru, membuat pada akhirnya kita ketemu dengan cara yang benar.

Setelah menemukan pencerahan itu. Maka saya melakukan lagi dengan pendekatan baru. Saya berpikir dengan cara yang berbeda, saya melakukan hal-hal baru yang selama ini belum pernah saya lakukan, sayapun melakukan hal-hal yang selama ini ingin saya lakukan namun tidak melakukannya sebab adanya anggapan-anggapan yang membatasi diri saya. Saya baca buku-buku baru. Saya berkenalan dengan orang-orang baru. Saya mengambil rute-rute baru. Dan segala hal baru lainnya.

Dan ini semua membuat saya serasa mendapat suntikan energi baru.

Dengan energi baru ini saya menjadi lebih optimis dan antusias dalam hidup. Sehingga ini semua berdampak pada keberanian dalam diri saya. Saya lebih percaya diri kembali. Dan kemudian berani untuk mengejar impian yang lebih tinggi.

Akhirnya, Saya jadi teringat dengan 3 poin perubahan yang pernah dilontarkan oleh Motivator Anthony Robbins, bahwa agar suatu perubahan terjadi yang kita harus lakukan memang adalah;

1. Menaikkan standar-standar hidup kita.

2. Menghilangkan keyakinan-keyakinan yang membatasi.

3. Melakukan dengan pendekatan-pendekatan baru.

Demikianlah secuil cerita tentang bagaimana saya menghadapi kegagalan-kegalan dalam hidup. Sebagai penutup, mari kita camkan pesan bijak Mantan Presiden Amerika Thomas Jefferson berikut.

Untuk mendapatkan sesuatu yang belum pernah kau dapatkan dalam hidup, kau harus berani untuk melakukan hal-hal yang belum pernah kau lakukan sebelumnya.
Semoga tulisan sederhana ini, bisa memberikan semburan spectrum-spektrum positif dalam hidup anda. (Halah… apa sih!??) Sekian. Jangan lupa komen ya…

Sang Manusia Kalkulator dan Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Otak?

By // 1 comment:
Baru-baru ini netizen dihebohkan dengan munculnya manusia kalkulator dari makassar. Dia adalah Ulcok atau Ruslan Yusuf (25 tahun) warga Kelurahan Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo, Makassar. Yang menjadi terkenal karena video yang memperlihatkan kemampan dirinya dalam berhitung menjadi populer di Youtube.



Ulcok mampu menjawab pertanyaan matematis hanya dalam waktu 2 detik secara akurat. Yang spesial adalah bahwa Ucok ini hanyalah anak biasa yang tidak tamat SD. Hanya sampai kelas 3 saja. Dilansir dari liputan6.com bahwa ia mendapatkan kemampuan luar biasanya itu setelah mengalami sakit dan mati suri.

Ia pun muncul di banyak sekali media TV, cetak maupun online.

Serupa tapi tak sama, Di Amerika serikat ada Scott Flansburg, yang dinyatakan sebagai "The Fastest Human Calculator" dan tercatat di Guinness Book of World Records. Scott mampu melakukan kalkulasi 15 detik lebih capat dari kalkulator.

Scott mengaku mendapatkan kemampuanya itu pada usia 9 tahun, ketika ia bisa menjawab pertanyaan dari gurunya tanpa menggunanakn calculator. Dan pada usia belia ia sudah bisa mengenali angka berdasarkan bentuk dan jumlah sudut yang membentuknya. Sebagaimana yang di temukan oleh ilmuwan Al-Khawarizmi.

Scott Flansburg - Manusia Kalkulator

Ketika ditanya mengenai kemampuannya itu, Ia menjawab bahwa ia menggunakan bagian otak yang berbeda untuk melakukan perhitungan matematika daripada yang digunakan oleh kebanyakan orang.

Pertanyaannya kemudian, benarkah kita bisa menggunakan bagian-bagian otak kita sesuai dengan keinginan kita? Bisakah kita mengembangkan kemampuan kita pada suatu bidang dengan menentukan bagian otak mana yang akan kita gunakan?

Sebelumnya... mari kita kuak dulu tentang mitos bahwa...

Manusia Menggunakan 10% Kemampuan Otaknya?

Pernahkah anda mendengat sebuah premis bahwa manusia hanya menggunakan 10% kemampuan otaknya? Premis ini sangat terkenal dan diyakini oleh banyak orang. Banyak penulis, motivator dan trainer yang kemudian berawal dari premis ini menciptakan metode-metode yang menjanjikan untuk mengaktifkan 90% kemampuan otak lainnya.

Jika anda pernah menonton film Lucy yang dibintangi oleh aktris cantik Scarlett Johansson bersama Morgan Freeman, premis inipun diulang-oleh. Di kisahkan bahwa Lucy adalah gadis biasa yang karena somehow keracunan sebuah obat (CPH4), yang kemudian membuatnya mampu menjangkau keseluruhan kemampuan otaknya 100%. Lucy pun menjadi super cerdas, super jago dan super segala-galanya hingga ia bisa mengontrol segala hal. Termasuk mengendalikan benda dan menghentikan waktu. Bagi anda yang terobsesi dengan film ini, boleh ditonton. Tapi tetap ini cuma film dengan daya khayal yang tinggi alias nonsens.

Tapi benarkan bahwa manusia selama ini hanya menggunakan 10% kemampuan otaknya? Well, secara scientific tidak ada satupun penelitian yang membenarkan hal tersebut. Ini adalah miskonsepsi yang diyakini banyak orang. Baca ulasan kerennya oleh Fanny Rofalina dari blog Zenius di sini.

Lucy Film

Sebenarnya tidak ada ceritanya manusia menggunakan hanya 10% kemampuan otaknya. Yang ada adalah 90% bagian otak itu belum diketahui fungsinya. Makanya disebut silent cortex. Tapi belum diketahui fungsinya, bukan berarti tidak ada fungsinya kan. Logika sederhananya kalau memang hanya 10% saja bagian otak kita yang kita gunakan, dan dengannya kita baik-baik saja, trus buat apa bagian 90% itu ada?

Gak mungkin dong Tuhan menciptakan otak -yang notabene adalah senyawa terhebat yang pernah diciptakan- kemudian hanya segelintir saja bisa berfungsi?

Jadi apakah kemampuan otak kita bisa ditingkatkan?

Jawabannya Ya! Otak kita bisa dikembangkan kemampuannya. Tapi tidak dengan cara-cara instan. Semuanya melalui latihan, kerja keras, pembelajaran serta sedikit campuran keberuntungan dan ilmu sains.

Tidak ada orang yang terlahir langsung genius. Ya, kita memang punya semacam nurtural talent (bakat bawaan), tapi bakat itu sendiri belum apa-apa. Ia-nya kudu melalui proses pembelajaran dan latihan yang berkepanjangan.

Jika yang dimaksud orang dengan 10% otak itu adalah bagian-bagian fisiknya, maka jelas keliru sebab 100% bagian otak itu berfunsi dalam kehidupan sehari-hari kita. Bahkan ketika kita tidur sekalipun.

Tapi kalau yang dimaksud adalah potensi pencapaian otak itu masih bisa ditingkatkan hingga 90%, itulah yang benar.

Melalui pembelajaran (memperluas wawasan) serta melatih kemampuan berpikir (skill) kita masih bisa mencapai hasil-hasil luar biasa dalam hidup kita. Bukan hanya 90% tapi 1000% sekalipun. Sebab potensi otak kita memang tanpa batas.

Memang kebanyakan orang itu tidak melatih dan mengembangkan kemampuan otaknya. Contoh kecilnya saja kita lebih banyak menghafal daripada berpikir. Padahal pengetahuan (wawasan) itu berbeda dengan berpikir. Pengetahuan adalah bahan mentah informasi. Berpikir adalah mengelolah bahan mentah tersebut. Berpikir menggunakan logika, menghafal pengetahuan menggunakan memori.

Henry Ford sekali pernah berujar, "Pekerjaan terberat di dunia adalah berpikir. Karena itu banyak orang yang tidak melakukannya." Senada dengan Ford, ilmuwan paling berpengaruh Albert Einstein pun, berpesan, "Jangan gunakan otakmu sebagai gudang fakta, gunakanlah untuk berpikir." Sebab menurut Einstein, Imajinasi jauh lebih penting daripada pengetahuan.

Bagaimana Mengembangkan Kemampuan Otak?

Jadi pertanyaannya bagaimana meningkatkan kemampuan otak kita seperti misalnya Ulcok atau Scott Flansburg di atas? Apakah kita juga harus mengalami mati suri dulu? Atau adakah cara untuk meningkatkan kemampuan otak kita yang bisa dilakukan oleh siapapun?

Kita ketahui bahwa bagian-bagian otak kita memiliki fungsi yang berbeda-beda. Visual kortex berfungsi untuk mengelola gambar, Auditory kortex berperan menangkap dan memproses suara, serta motor kortex untuk mengontrol gerak tubuh. Bagian-bagian yang kecil lainnya juga masing-masing mengontrol peran-peran berbeda, misalnya bagian A mengontrol kedipan mata, bagian B mengontrol gerak bibir.

Ketika ditanya bagaimana melakukan kemampuan berhitungnya, Scott Flansburg menjawab bahwa ia menggunakan bagian otak yang berbeda dengan yang digunakan kebanyakan orang untuk fungsi berhitung.

Nah, apakah kita bisa juga melakukan itu?

Hal itu sudah dijawab oleh Steve Pavlina di blognya pada tulisan Move a Skill To a Different Part of Your Brain.

Menurut Steve, kita bisa mengontrol penggunaan bagian-bagian otak kita melalui suatu cara yang ia sebut sebagai "reframing." Yakni dengan mengasosiasikan jenis skill yang ingin kita kuasai dengan pendekatan-pendekatan baru. Atau sudut pandang-sudut pandang baru.

Misalnya ketika kita ingin menguasai keterampilan berbisnis. Kita bisa lakukan reframing dengan meninjau lagi bagaimana kita mengartikan bisnis itu dalam kehidupan kita. Misalnya kita memandang keterampilan bisnis sebagai aktivitas hitung-hitungan keuntungan semata. Ini akan membuat otak kita hanya bekerja pada bagian hitung-hitungan matematis semata. Akibatnya kita takut melakukan kesalahan sebab enggan rugi. Pikiran kita menjadi takut berinovasi dan ekspansi. Bisnis kemudian menjadi rumit.

Tapi jika kita mengganti cara pandang kita terhadap bisnis, misalnya dengan berpikir bahwa bisnis adalah seni mengekspolari kemampuan diri atau media untuk menjalin hubungan silaturahmi dengan orang lain. Maka kita menggunakan bagian lain otak kita. Kita akan melakukan bisnis dan belajar bisnis dengan senang hati dan tidak takut salah. Dengan begini, kita bisa memaksimalkan skill bisnis kita.

img from: Mark Bidwell on Twitter
Hal serupa juga terjadi misalnya dalam menghadapi ketakutan berbicara di depan umum (public speaking). Banyak orang yang takut. Bahkan seorang public speaker berpengalaman pun akan memiliki rasa takut dan grogi untuk melakukannya.

Rasa takut ini muncul sebab kita memandang public speaking sebagai sebuah aksi performance. Sehingga kita takut salah melakukannya. Sebab kesalahan akan berdampak pada nilai performa kita. Pendekatan ini membuat otak kita tidak lepas.

Hal ini kemudian bisa diatasi dengan reframe lagi bagaimana kita memandang artinya public speaking. Kalau kita memandangnya sebagai media untuk menjalin pertemanan dan persahabatan, maka tidak akan ada perasaan takut lagi. Otak akan bekerja untuk mendukung kita.

Intinya bagaimana kita memandang suatu masalah, menentukan bagian otak mana yang akan kita libatkan dalam suatu masalah. Bagian otak yang berbeda akan menghasilkan jawaban dan sikap yang berbeda.

Dengan begitu tentu kita bisa menguasai suatu skill tertentu sekaligus meningkatkan kemampuan otak kita.

Akhirnya kita bisa mengembangkan kemampuan otak kita hingga level yang berlipat-lipat sekalipun. Namun sekali lagi tidak ada cara-cara instan seperti aktivasi bagian otak tertentu, atau pelatihan otak tertentu. Semuanya butuh persiapan, kerja keras, latihan dan pembelajaran. Serta sedikit campuran keberuntungan dan irisan ilmu sains. Bagaimana menurut teman-teman?

Rahasia Hidup Tenang, Damai dan Bahagia, Serta Menang Melawan Masalah

By // No comments:
Hidup laksana grafik harga saham. Naik turun tak tentu arah. Kadang kita menjulang ke atas dengan penuh kebahagiaan dan rasa bangga. Dan tak jarang pula kita terhempas ke bawah dengan kesedihan dan depresi yang mendalam.

Mungkin hari ini kita masih bisa duduk manis di sofa empuk, ditemani secangkir teh aroma rosalia yang sedap, sembari menonton acara kesayangan di TV yang segede gaban.

Namun siapa sangka besoknya kita sudah berada di ekstrim yang 180 derajat berbeda. Semua asset kita hilang ditelan bumi, pekerjaan dan teman sudah tak lagi nampak di depan mata. Dan masa depan menjadi begitu seram dan mengerikan.

Kalau sudah begini, bagaimana mungkin bisa kita nikmati hidup yang menyenangkan dan menenangkan? Liburan dan belanja-belanja cantik itu sudah bagaikan mimpi di siang bolong. Investasi? Wah jangan meledek ya…

Rahasia Hidup Tenang | img from: realitysandwich.com
Jadi gimana dong?

Saya pernah berada di kondisi demikian. Dan memang sangat menyakitkan. Tapi sepertinya tidak ada pilihan lain selain ikhlas dan kemudian bangkit kembali merajut puing-puing hidup dari awal.

Dalam kondisi begini, ketenangan dan kedewasaan pikiran adalah poin kuncinya. Tanpanya, bisa dipastikan kita tak akan mampu untuk bangkit. Bahkan bisa jadi kita mengakhiri nyawa diambang keputus-asaan.

Klinik Hipnoterapi Makassar - Rumah Hipno.com

Hukum 90-10

Dr. Stephen Covey, penulis buku terlaris “The Seven Habits of Highly Effective People”, menuliskan hukum 90-10. Dan dengan menyadari ini mungkin bisa sedikit membantu kita tetap berpikir positif dalam kondisi yang negatif.

Apa hukum 10 - 90 itu?

Sederhananya, hukum ini berbunyi, bahwa 10% hidup memang tidak bisa kita kendalikan. Kegagalan, kebangkrutan dan masalah adalah hal-hal yang datang begitu saja tanpa minta persetujuan. Semua itu di luar kendali kita. Namun itu hanya 10 persen. Sisanya, 90 persen hidup adalah selanjutnya kita yang menentukan. Semuanya tergantung pada cara kita menyikapi kejadian tersebut.

Kita yang memilih bagaimana kita akan menghadapi dan meresponnya. Apakah akan kita hadapi dengan pikiran positif, keberanian, kedewasaan dan kelapangan dada. Atau sebaliknya kita bersikap negatif, bersedih hati, marah dan frustasi.

Mungkin anda akan mengatakan, “Teorinya sih gampang. Tapi kenyataannya kan sulit.

Ya, anda benar. Memang teorinya gampang. Dan memang teori itu harus dibikin segampang mungkin. Sebab kalau teorinya saja rumit, apalagi prakteknya.

Tapi memang demikianlah adanya.

Tuhan berikan masalah untuk menguji diri kita. Apakah layak untuk diangkat ke level yang lebih tinggi dan mulia.

Masalah itu memang berat. Kalau tidak berat, pasti bukan masalah. Tapi melalui masalah, melalui kegagalan, melalui kejatuhanlah kita belajar dan bertumbuh. Hidup punya kurikulumnya sendiri. Kita tidak bisa jago berenang hanya dengan belajar teori berenang. Satu-satunya cara adalah kita harus terjun ke dalam air. Begitupun hidup. Kalau enak terus, nyaman terus, maka kita tidak bertumbuh.

Jadi, jangan takut untuk jatuh. Jangan takut dengan masalah. Jangan takut untuk tidak nyaman. Ingatlah, tidak nyaman berarti bertumbuh!

Menjadi Reaktif atau Proaktif

Kita semua sudah hafal mati, bahwa kunci perubahan nasib letaknya pada diri kita sendiri. Tuhan enggan mengubah kita punya nasib, jika kita tidak berusaha mengubahnya.

Meskipun masalah di luar kendali kita, namun jika sedari awal kita sudah tanamkan dalam benak bawah sadar bahwa “I’m responsible for my own life,” maka masalah itu bisa kita minimalisir kemungkinannya.

Dengan mengambil tanggung jawab penuh terhadap hidup kita, artinya kita memilih untuk bersikap proaktif, alih-alih reaktif. Dengan sikap proaktif, (bertanggung jawab penuh) kita mendahului datangnya masalah.

Sebab sebelum masalah bercokol, kita sudah action duluan. Contoh sederhananya, orang bersikap proaktif akan memeriksa bensin kendaraan sebelum bepergian. Kalau memang kurang, langsung diisi. Dengan begini tentu tidak akan ada masalah kehabisan bensin di tengah jalan.

Sebaliknya, orang reaktif hanya bertindak ketika masalah sudah datang. Dan tak jarang, ujung-ujungnya menjadi negatif dan menyalahkan orang lain dan keadaan. Bukannya malah mengambil tanggung jawab untuk mengubah keadaan.

Misalnya file presentasi kita ketinggalan di rumah, sementara klien-klien sudah duduk manis di dalam ruang rapat menanti kita. Kalau reaktif dan tidak bertanggung jawab maka ia akan menyalahkan orang lain (misalnya istrinya). Atau menyalahkan keadaan (misalnya macet jadi tidak bisa pulang untuk mengambil kembali).

Dalam kondisi begini, memang kita cenderung lebih mudah bersikap negatif dan marah-marah. Tapi apa itu menyelesaikan masalah? Tidak! Justru hanya akan memperparah.

Reaktif Proaktif | img from: characterbuildingbyreffi.blogspot.com
Bagaimana jika kita ubah kondisinya dengan tidak menyalahkan siapa-siapa dan apa-apa. Kita akui bahwa ini murni kesalahan kita. Selanjutnya kita berpikir positif dan solutif. Bagaimana menanganinya? Apakah bisa meminta orang rumah untuk mengirim filenya via email? Atau apakah bisa meminta tolong kepada teman dan rekan kerja untuk membantu atau meminjamkan file mereka jika ada? Atau jujur saja dan meminta maaf kepada klien? Kebanyakan orang akan mengerti dan memaklumi jika kita mengakui kesalahan.

Memandang Masalah dengan Sudut Pandang Baru

Kerap kali masalah itu menjadi lebih rumit sebab cara kita memandangnya. Perhatikan gambar berikut ini…



Anda tahu itu mata apa? Nampaknya menyeramkan ya..

Scroll ke bawah unutk melihat gambar aslinya

Ini dia gambar aslinya…



See… Dengan mengubah sudut pandang, kita menjadi punya pikiran baru.

Begitupun dalam hidup, terkadang kita terlalu fokus memandang masalah dengan sangat serius. Akibatnya kita tidak bisa melihat secara keseluruhan. Dengan mengubah sudut pandang, kita akan ubah cara kita berpikir dan bersikap terhadap masalah.

Bagaimana melakukannya?

Mulailah dengan bersyukur. Bersyukur (mensyukuri masalah) akan memicu semua sikap dan pikiran positif untuk muncul. Dengan bersyukur kita akan memaksa kita punya pikiran untuk melihat sisi positif suatu masalah.

Ketika sakit misalnya, kita cenderung untuk bersikap negatif dan sedih. Tapi ketika kita syukuri itu sakit, maka kita sedang memaksa pikiran kita untuk positif. Kita sedang mengambil tanggung jawab penuh untuk mengubah 90% hidup kita sesuai yang kita inginkan. Maka pikiran serta merta akan bekerja mendukung pilihan kita.

Pikiran akan mengeluarkan fakta-fakta mengapa sakit ini adalah berkah yang memang layak disyukuri. Kita akan berpikir bahwa lain kali akan lebih rajin olahraga, menjaga pola makan, dan istirahat yang cukup. Kita juga akan menyadari bahwa sakit itu adalah alat penghapus dosa dari Tuhan. Kalau demikian, memanglah sakit itu berkah. Dan kita sedang bersikap positif dan bermental pemenang.

Bersandar pada gunung

Dalam feng shui china, diajarkan agar dalam membangun rumah sebaiknya kita membelakangi gunung dan menghadap ke lautan. Filosifinya adalah dalam hidup ini penting untuk memiliki sandaran yang kokoh sekaligus pandangan yang luas. Bukan sebaliknya.

Dengan sandaran yang kokoh, tentu tidak akan mudah kita dijatuhkan. Apalagi ketika menghadapi masalah.

Sandaran itu tergantung masing-masing insan. Ada yang bersandar pada Tuhan, ada yang bersandar pada uang, jabatan, relasi, hingga jimat dan jampi-jampi dari dukun pun ada (Ya, itu urusan masing-masinglah. Bukan ranahnya saya untuk menulis pada artikel ini. Tapi kalau saya pribadi sih, adalah bodoh mengandalkan sesuatu yang lemah dan mudah goyah. Saya lebih percaya kepada Tuhan Yang Maha Berkuasa.).

Intinya manusia membutuhkan sesuatu yang bisa ia andalkan dalam menjalani gejolak hidup ini. Kalau menghadapinya sendirian, mungkin untuk sementara kita akan mampu berdiri tegak dan kokoh, tapi akan ada titik dimana kita lunglai tak berdaya. Di sanalah kita butuh penolong yang kita andalkan.

Karena itulah mengapa orang selalu butuh teman curhat. Tahukah anda bahwa orang curhat itu sebenarnya tidak butuh solusi, mereka cuma butuh pendengar sejati saja. Mereka hanya ingin berbagi kepedihan dan penderitaan mereka. Mereka hanya tidak ingin merasa sendirian saja. Perasaan bahwa ada yang menemani dan mengerti. Itu saja.

Setelah itu kita menjadi akan lebih tenang hidupnya. Ini pasti.

Demikianlah beberapa kiat agar hidup tenang, damai dab bahagia dalam menghadapi gejolak hidup yang tak menentu. Semuanya bergantung pada diri kita sendiri. Akankah kita hadapi dengan sikap pemenang atau larut dalam sembilu kepedihan dan emosi negatif.

Akhirnya jangan katakan pada Tuhanmu bahwa masalahmu sangat besar. Tapi katakanlah pada masalahmu bahwa Tuhanmu sangat besar. Ini akan menenangkan. Bagaimana menurut anda?