Ulcok mampu menjawab pertanyaan matematis hanya dalam waktu 2 detik secara akurat. Yang spesial adalah bahwa Ucok ini hanyalah anak biasa yang tidak tamat SD. Hanya sampai kelas 3 saja. Dilansir dari liputan6.com bahwa ia mendapatkan kemampuan luar biasanya itu setelah mengalami sakit dan mati suri.
Ia pun muncul di banyak sekali media TV, cetak maupun online.
Ia pun muncul di banyak sekali media TV, cetak maupun online.
Serupa tapi tak sama, Di Amerika serikat ada Scott Flansburg, yang dinyatakan sebagai "The Fastest Human Calculator" dan tercatat di Guinness Book of World Records. Scott mampu melakukan kalkulasi 15 detik lebih capat dari kalkulator.
Scott mengaku mendapatkan kemampuanya itu pada usia 9 tahun, ketika ia bisa menjawab pertanyaan dari gurunya tanpa menggunanakn calculator. Dan pada usia belia ia sudah bisa mengenali angka berdasarkan bentuk dan jumlah sudut yang membentuknya. Sebagaimana yang di temukan oleh ilmuwan Al-Khawarizmi.
Ketika ditanya mengenai kemampuannya itu, Ia menjawab bahwa ia menggunakan bagian otak yang berbeda untuk melakukan perhitungan matematika daripada yang digunakan oleh kebanyakan orang.
Pertanyaannya kemudian, benarkah kita bisa menggunakan bagian-bagian otak kita sesuai dengan keinginan kita? Bisakah kita mengembangkan kemampuan kita pada suatu bidang dengan menentukan bagian otak mana yang akan kita gunakan?
Sebelumnya... mari kita kuak dulu tentang mitos bahwa...
Sebelumnya... mari kita kuak dulu tentang mitos bahwa...
Manusia Menggunakan 10% Kemampuan Otaknya?
Pernahkah anda mendengat sebuah premis bahwa manusia hanya menggunakan 10% kemampuan otaknya? Premis ini sangat terkenal dan diyakini oleh banyak orang. Banyak penulis, motivator dan trainer yang kemudian berawal dari premis ini menciptakan metode-metode yang menjanjikan untuk mengaktifkan 90% kemampuan otak lainnya.Jika anda pernah menonton film Lucy yang dibintangi oleh aktris cantik Scarlett Johansson bersama Morgan Freeman, premis inipun diulang-oleh. Di kisahkan bahwa Lucy adalah gadis biasa yang karena somehow keracunan sebuah obat (CPH4), yang kemudian membuatnya mampu menjangkau keseluruhan kemampuan otaknya 100%. Lucy pun menjadi super cerdas, super jago dan super segala-galanya hingga ia bisa mengontrol segala hal. Termasuk mengendalikan benda dan menghentikan waktu. Bagi anda yang terobsesi dengan film ini, boleh ditonton. Tapi tetap ini cuma film dengan daya khayal yang tinggi alias nonsens.
Tapi benarkan bahwa manusia selama ini hanya menggunakan 10% kemampuan otaknya? Well, secara scientific tidak ada satupun penelitian yang membenarkan hal tersebut. Ini adalah miskonsepsi yang diyakini banyak orang. Baca ulasan kerennya oleh Fanny Rofalina dari blog Zenius di sini.
Sebenarnya tidak ada ceritanya manusia menggunakan hanya 10% kemampuan otaknya. Yang ada adalah 90% bagian otak itu belum diketahui fungsinya. Makanya disebut silent cortex. Tapi belum diketahui fungsinya, bukan berarti tidak ada fungsinya kan. Logika sederhananya kalau memang hanya 10% saja bagian otak kita yang kita gunakan, dan dengannya kita baik-baik saja, trus buat apa bagian 90% itu ada?
Gak mungkin dong Tuhan menciptakan otak -yang notabene adalah senyawa terhebat yang pernah diciptakan- kemudian hanya segelintir saja bisa berfungsi?
Jadi apakah kemampuan otak kita bisa ditingkatkan?
Jawabannya Ya! Otak kita bisa dikembangkan kemampuannya. Tapi tidak dengan cara-cara instan. Semuanya melalui latihan, kerja keras, pembelajaran serta sedikit campuran keberuntungan dan ilmu sains.Tidak ada orang yang terlahir langsung genius. Ya, kita memang punya semacam nurtural talent (bakat bawaan), tapi bakat itu sendiri belum apa-apa. Ia-nya kudu melalui proses pembelajaran dan latihan yang berkepanjangan.
Jika yang dimaksud orang dengan 10% otak itu adalah bagian-bagian fisiknya, maka jelas keliru sebab 100% bagian otak itu berfunsi dalam kehidupan sehari-hari kita. Bahkan ketika kita tidur sekalipun.
Tapi kalau yang dimaksud adalah potensi pencapaian otak itu masih bisa ditingkatkan hingga 90%, itulah yang benar.
Melalui pembelajaran (memperluas wawasan) serta melatih kemampuan berpikir (skill) kita masih bisa mencapai hasil-hasil luar biasa dalam hidup kita. Bukan hanya 90% tapi 1000% sekalipun. Sebab potensi otak kita memang tanpa batas.
Memang kebanyakan orang itu tidak melatih dan mengembangkan kemampuan otaknya. Contoh kecilnya saja kita lebih banyak menghafal daripada berpikir. Padahal pengetahuan (wawasan) itu berbeda dengan berpikir. Pengetahuan adalah bahan mentah informasi. Berpikir adalah mengelolah bahan mentah tersebut. Berpikir menggunakan logika, menghafal pengetahuan menggunakan memori.
Henry Ford sekali pernah berujar, "Pekerjaan terberat di dunia adalah berpikir. Karena itu banyak orang yang tidak melakukannya." Senada dengan Ford, ilmuwan paling berpengaruh Albert Einstein pun, berpesan, "Jangan gunakan otakmu sebagai gudang fakta, gunakanlah untuk berpikir." Sebab menurut Einstein, Imajinasi jauh lebih penting daripada pengetahuan.
Bagaimana Mengembangkan Kemampuan Otak?
Jadi pertanyaannya bagaimana meningkatkan kemampuan otak kita seperti misalnya Ulcok atau Scott Flansburg di atas? Apakah kita juga harus mengalami mati suri dulu? Atau adakah cara untuk meningkatkan kemampuan otak kita yang bisa dilakukan oleh siapapun?Kita ketahui bahwa bagian-bagian otak kita memiliki fungsi yang berbeda-beda. Visual kortex berfungsi untuk mengelola gambar, Auditory kortex berperan menangkap dan memproses suara, serta motor kortex untuk mengontrol gerak tubuh. Bagian-bagian yang kecil lainnya juga masing-masing mengontrol peran-peran berbeda, misalnya bagian A mengontrol kedipan mata, bagian B mengontrol gerak bibir.
Ketika ditanya bagaimana melakukan kemampuan berhitungnya, Scott Flansburg menjawab bahwa ia menggunakan bagian otak yang berbeda dengan yang digunakan kebanyakan orang untuk fungsi berhitung.
Nah, apakah kita bisa juga melakukan itu?
Hal itu sudah dijawab oleh Steve Pavlina di blognya pada tulisan Move a Skill To a Different Part of Your Brain.
Menurut Steve, kita bisa mengontrol penggunaan bagian-bagian otak kita melalui suatu cara yang ia sebut sebagai "reframing." Yakni dengan mengasosiasikan jenis skill yang ingin kita kuasai dengan pendekatan-pendekatan baru. Atau sudut pandang-sudut pandang baru.
Misalnya ketika kita ingin menguasai keterampilan berbisnis. Kita bisa lakukan reframing dengan meninjau lagi bagaimana kita mengartikan bisnis itu dalam kehidupan kita. Misalnya kita memandang keterampilan bisnis sebagai aktivitas hitung-hitungan keuntungan semata. Ini akan membuat otak kita hanya bekerja pada bagian hitung-hitungan matematis semata. Akibatnya kita takut melakukan kesalahan sebab enggan rugi. Pikiran kita menjadi takut berinovasi dan ekspansi. Bisnis kemudian menjadi rumit.
Tapi jika kita mengganti cara pandang kita terhadap bisnis, misalnya dengan berpikir bahwa bisnis adalah seni mengekspolari kemampuan diri atau media untuk menjalin hubungan silaturahmi dengan orang lain. Maka kita menggunakan bagian lain otak kita. Kita akan melakukan bisnis dan belajar bisnis dengan senang hati dan tidak takut salah. Dengan begini, kita bisa memaksimalkan skill bisnis kita.
img from: Mark Bidwell on Twitter |
Rasa takut ini muncul sebab kita memandang public speaking sebagai sebuah aksi performance. Sehingga kita takut salah melakukannya. Sebab kesalahan akan berdampak pada nilai performa kita. Pendekatan ini membuat otak kita tidak lepas.
Hal ini kemudian bisa diatasi dengan reframe lagi bagaimana kita memandang artinya public speaking. Kalau kita memandangnya sebagai media untuk menjalin pertemanan dan persahabatan, maka tidak akan ada perasaan takut lagi. Otak akan bekerja untuk mendukung kita.
Intinya bagaimana kita memandang suatu masalah, menentukan bagian otak mana yang akan kita libatkan dalam suatu masalah. Bagian otak yang berbeda akan menghasilkan jawaban dan sikap yang berbeda.
Dengan begitu tentu kita bisa menguasai suatu skill tertentu sekaligus meningkatkan kemampuan otak kita.
Akhirnya kita bisa mengembangkan kemampuan otak kita hingga level yang berlipat-lipat sekalipun. Namun sekali lagi tidak ada cara-cara instan seperti aktivasi bagian otak tertentu, atau pelatihan otak tertentu. Semuanya butuh persiapan, kerja keras, latihan dan pembelajaran. Serta sedikit campuran keberuntungan dan irisan ilmu sains. Bagaimana menurut teman-teman?
matep untuk di praktekan dan dikembangkan lebih lanjut nich
ReplyDelete