Kali ini saya akan menulis tentang sebuah metode yang Tuhan fasilitasi dalam kehidupan kita yang mana mempunyai kekuatan dan keajaiban bisa mengubah kondisi terburuk sekalipun menjadi kondisi terbaik. Sebuah cara yang bisa digunakan oleh siapa saja yang akan memberikan dampak luar biasa positifnya dalam kehidupan sehari-hari. Cara apa kah gerangan?
Itulah; Rasa Syukur!
Dalam kebudayaan apa saja, dalam kepercayaan apa saja, dalam kebangsaan apa saja, semua setuju bahwa syukur adalah sumber kekuatan, pencerahan, sekaligus solusi dari setiap masalah. Mari saya jabarkan logikanya. Mengapa Syukur adalah obat dari segala masalah yang ada?
Pertama, anda menghadapi masalah. Entah masalah karir, pekerjaan, bisnis, hubungan dengan orang lain, finansial, kesehatan ataupun yang lainnya. Masalah ini datang begitu saja, tanpa pernah anda minta atau rencanakan sebelumnya. Siapa juga yang merencanakan masalah? Artinya apa, ia diluar tanggungjawab anda. Ia adalah sisi kehidupan yang tidak bisa anda kendalikan.
Dr. Stephen Covey, penulis best seller The Seven Habits of Highly Effective People, mengatakan hidup ini 10% tidak bisa anda kendalikan, dan 90% sisanya tergantung pada sikap anda menghadapinya. Artinya masalah masuk ke dalam sisi kehidupan yang 10%.
Dan selanjutnya, 90% sisanya bergantung pada sikap anda menghadapinya.
Ada yang menyikapi masalah dengan kemarahan dan emosi yang meledak. Ada pula yang menghadapi masalah dengan sikap pesimisme, dengan keluhan dan perasaan hancur. Namun ada orang-orang yang berpikir hebat menyikapi masalah dengan sikap terbaik. Kesyukuran.
Pertanyaannya, mana di antara ketiga orang diatas yang merasa lebih baik? Mana di antara ketiga orang itu yang berpeluang untuk melihat solusi? Mana diantara ketiga orang itu yang akan bertumbuh maju? Mana di antara ketiga orang itu yang akan terlatih tetap tenang dan kuat dalam menghadapi masalah?
Tidak perlu teriak, saya tahu jawaban anda. Dan ya, kita semua setuju!
Ketika kita bersyukur, termasuk mensyukuri masalah, pikiran kita dipaksa untuk melihat sisi positif dari masalah itu. Kemarahan dan keluhan akan memperburuk situasi sebab kita membesar-besarkan sisi negatifnya.
Ketika melihat sisi positif, kita berada dalam frekeunsi energi positif. Sehingga pikiran kita kemudian akan memproduksi dan menarik lebih banyak hal-hal positif. Dengan begini kita akan mampu melihat kemungkinan-kemungkinan baik dan menguntungkan dari suatu masalah. Yang mana tidak mungkin dilihat oleh kemarahan dan keluhan.
Contoh, anda bangun telat. Masalah. Tidak bisa anda kendalikan. Sudah terjadi. Jika anda marah-marah, maka anda memperburuk situasinya. Anda akan memarahi istri anda karena tidak membangunkan anda. Hubungan dengan istri kemudian menjadi tidak baik. Kemudian anda berangkat dengan terburu-buru, karena tidak sempat berpikir jernih, ternyata anda lupa dengan berkas-berkas yang harus dibawah. Anda semakin marah, berputar arah, dan semakin terlambat. Sampai kantor anda dimarahi oleh bos anda. Betul-betul situasi yang buruk.
Sekarang kita ganti cara kita menyikapinya. Anda bangun telat, anda bersyukur karena masih bisa bangun. Coba kalau anda tidak bangun-bangun lagi. Hehe. Anda bersyukur karena baru telat 30 menit. Masih ada waktu. Karena anda bersyukur, maka anda berada dalam frekuensi berpikir positif. Segera saja anda bersiap, anda meminta istri anda untuk membantu mempersiapkan segalanya. Istri dengan senang hati membantu. Kemudian anda berangkat dengan perasaan bahagia. Meskipun masih naik bus kota, tapi anda tetap positif dan penuh syukur. Dibus anda bertemu dengan bos anda. Ternyata dia juga telat karena pagi-pagi mobilnya mogok sehingga harus naik bus. Bukannya malah dimarahi, anda justru ditraktir sarapan dulu sama bos. hehe.
Lihatlah dua kondisi diatas. Sikap yang berbeda, mendatangkan hasil yang benar-benar berbeda. Dan bersyukur akan memaksa anda berada dalam frekuensi pikiran positif. Dengan begitu anda akan berpikir dan bersikap positif. Hasilnya, semakin banyak hal-hal positif yang mendatangi anda. Bahkan dari arah yang tak anda sangka-sangka.
Bukankah sudah termaktum jelas dalam firman Tuhan, siapa yang bersyukur akan ditambahkan nikmat lebih banyak, dan siapa yang kufur (tidak bersyukur) maka siksa Tuhan sungguh pedih?
Akhirnya, biarlah saya cukupkan saja tulisan ini sampai disini. Saya benar-benar bersyukur masih diberi rezeki untuk menulis artikel ini, begitupun seharusnya anda karena masih bisa membaca.
Kemarin tanpa sengaja, saya menginjak paku. Kaki saya berdarah dan cukup sakit. Tapi daripada mengeluh atau marah-marah, saya lebih memilih untuk bersyukur. Begitu injak paku, saya berucap “Alhamdulillah!” hehe lucu ya menurut orang. Tapi ya memang begitulah. Lihatlah ada begitu banyak hal yang bisa saya syukuri. Seperti saya masih hidup, kaki yang terkena paku cuma satu, dan itu cuma sebelah kiri, artinya kaki kanan saya tidak apa-apa dan masih sehat. Alhamdulillah darahnya masih keluar dan tidak menjadi tetanus. Karena bersyukur saya kemudian sempatkan untuk memungut paku itu jangan sampai mencelakai orang lain juga. Ini artinya saya mendapat pahala. Alhamdulillah lagi.
Oia apakah anda pernah mendengar hadist yang kurang lebih mengatakan, tidak ditimpa bencana seorang muslim melainkan diampuni darinya dosa-dosanya? Kalau memang demikian, betapa bahagianya saya bisa terkena paku. Bagaimana menurut anda?
0 komentar:
Post a Comment